Harapan Suami…
Duhai istriku, harapku padamu ketika kau menjadi
pendamping hidupku,maka jadilah istriku yang mendampingiku dunia dan
akhirat’a…..Jadikan tahta singgah sana kita layaknya “Bayati Janati”….Tutuplah
kekuranganku dengan kesempurnaanmu dan aku akan menjadi penutup kekuranganmu
dikala engkau tak sempurna.
Duhai Istriku,Waktuku tak banyak dirumah karena
aku harus menjemput rizki yang telah Allah sediakan untukku raih,maka didiklah
anak_anak kita kelak di madrasah Ilmumu…Hiasilah mereka dengan sifat penyantun
dan kenalkanlah mereka dengan Tuhan dan Nabi kita… “Anak adalah amanah Allah kepada orang tua,” (Al-Ghazali dalam
Ihyanya)
Dan ingatlah
dengan sebuah hadist:
Rasulullah SAW bersabda
: “Setiap anak yang baru dilahirkan itu
lahir dengan membawa fitrah. Orangtuanyalah yang menjadikan Islam,Yahudi,
Majusi atau Nasrani.”
Duhai Istriku, ku teringat
sebuah kewajiban yang harus ku tunaikan sebagai seorang suami, sebagai seorang
nahkoda dalam kapal kita, sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga kita,
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah ayat. Allah Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ
“Kaum
laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa
:34)
Duhai Istriku,Aku Takut jika
kelak kepemimpinanku yang akan memberatkanku ketika aku tidak bisa amanah
kepadamu…aku teringat dengan sabda Nabi
Dari Abdullah Bin Umar Radiyalallahu ‘Anhu Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda : “ Setiap
kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang suami
pemimpin dirumahnya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, dan seorang istri
pemimpin di rumah suaminya dan akan ditanya tentang kepemimpinannya”. ( HR. Bukhari dan Muslim)
Duhai istriku,aku akan berusaha
menjadi suami yang baik, yang menyayangimu yang berusaha untuk berta’awun
(saling tolong menolong) dalam kebaikan,dan aku teringat dengan sebuah ayat
yang tak jarang aku mendengarnya
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
” Dan tolong
menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan “ ( Qs. Maidah : 2 )
Duhai Istriku semoga aku bisa
manjadi seperti seorang hamba yang Allah rahmati, sebagaimana yang telah
disebutkan dalam sebuah hadist
“ Semoga Allah
merahmati seorang laki-laki yang bangun malam lalu sholat dan membangunkan
istrinya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia memercikinya dengan air
diwajahnya dan semoga Allah merahmati seorang perempuan yang bangun malam lalu
sholat dan membangunkan suaminya untuk sholat dan bila tidak mau bangun ia
memercikinya dengan air diwajahnya” (HR.Tirmidzi)
Duhai istriku, ku akan selalu
berusaha membuat dirimu senang, sebagaimana ku senang jika diperlakukan
seperti itu. Diantaranya ku akan berusaha selalu tampil rapih, wangi dihadapan
dirimu. Sebagaimana ku senang jika ku diperlakukan seperti itu.
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالمَعْرُوفِ
“Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya” (QS.AL-Baqarah : 228 )
Duhai istriku, jika engkau
melihat dari diriku rasa cemburu itu bukti rasa cintaku padamu. Yang dengan
itu, aku berusaha menjaga dan mencintaimu, semoga dengan sebab kecemburuanku
yang syar’i menjadi sebab terjaganya dirimu, ku ingin seperti Sa’ad bin Ubadah
bahkan ku ingin seperti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Berkata
Sa’ad bin Ubadah :“ Seandainya aku
melihat seorang bersama istriku, niscaya aku akan menebasnya dengan pedang yang
tajam”, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Apakah kalian merasa
heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sungguh aku lebih cemburu dari padanya, dan
Allah lebih cemburu dari padaku” (HR. Bukhari dan Muslim)
Duhai istriku,engkau dalam
pandanganku seorang yang sangat berharga bagi diriku, sosok yang luar biasa,
ketaatanmu yang membuat diriku tambah mencintai dirimu. Engkau diantara anugrah
yang terbesar yang Allah berikan kepada diriku, sebagaimana Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “
Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah ”
(HR Muslim)
Duhai istriku, kebaikanmu
begitu besar kepada diriku, kasih sayang dan kelembutanmu, ketaatan dan
kesetiaanmu, pelayanan dan pengorbananmu begitu terasa oleh diriku, wahai
istriku, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan masukkanmu kedalam surga Nya.
Teringatku
dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Bila seorang shalat lima waktu, puasa
pada bulan ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suminya ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang dia
inginkan ” (HR.Ibnu
Nuaim)
Duhai istriku,ingatkanlah
jika suamimu keliru, jika ada hakmu yang terlalaikan,duhai istriku jangan engkau ragu untuk menasehati jika suamimu
keliru, jika suamimu salah,duhai istriku
ku ingin rumah tangga kita dibangun diatas saling menasehati didalam
ketaatan kepada Allah, karena atas dasar inilah agama kita dibangun.
sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Agama itu
adalah nasehat” (HR Muslim)
Duhai istriku, ku ingin
hubungan kita dibangun atas saling percaya dan saling berkhusnudzan (berberbaik
sangka) satu dengan yang lainnya,karena dengan sebab inilah akan menutup celah
hal-hal yang akan menimbulkan hubungan kita tidak harmonis.
Duhai istriku,jadilah dirimu istri yang selalu memberikanku
kesejukan dan kedamaian dikala aku lelah… maka tidak ada sesuatu yang paling
berguna bagi diriku,selain istri yang shaleha,Yaitu, “taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang
sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan
suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah).
Duhai istriku,ku akan
melangkahkan kaki ini, mengerahkan tenaga mencari rezeki yang halal yang Allah
tetapkan untuk diriku, sebagai tanggung jawab seorang suami untuk menafkahi
anak dan istrinya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :
لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ
مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللهُ لا
يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا سَيَجْعَلُ اللهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezekinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan
Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan
(sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya “ (QS. Ath-Thalaq : 7)
Wahai istriku,ku akan selalu
berusaha bergaul dengan pergaulan yang baik dengan dirimu, dengan kelembutan
dan kasih sayang, dengan tutur kata yang sopan dan etika yang baik, dengan
mendengar dan menghargai pendapatmu, dengan membantu dan meringankan
pekerjaanmu, dengan bersikap yang baik dan menjaga perasaanmu, wahai istriku
maafkan suamimu jika masih jauh dari hal itu, ku ingin berusaha berbuat yang
terbaik untuk dirmu.
Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
“Kaum mukmin yang
paling sempurna imannya ialah yang terbaik ahklaqnya, dan sebaik-baiknya kalian
ialah yang terbaik kepada istrinya “ (HR. Bukhari dan Muslim)
Wahai
istriku, ku ingin engkau akrab dengan kedua orang tuaku. Ku ingin mereka
menyayangimu seperti anaknya sendiri, wahai istriku mulailah dengan berlaku
lemah lembut kepadanya, membantu pekerjaannya, niscaya engkau akan disayang
seperti anaknya sendiri.
Wahai
istriku semoga Allah menjaga dan melanggengkan rumah tangga kita diatas
ketaatan kepada Allah hingga akhir hayat kita, dan memasukan kita kedalam
surganya.
Pinta Istri
Wahai Suamiku...InsyaAllah Aku akan berusaha untuk
menjadi seperti yang engkau
harapkan,karena
Ridha Allah ada pada Ridhamu selama tak bermaksiat kepada Allah…Namun Wahai
Suamiku dengarkanlah juga pintaku,jika Para istri atau kaum wanita adalah
manusia yang juga mempunyai hak untuk mendapatkan harapannya baik di mata
Allah, pun baik di mata manusia, lebih-lebih baik di mata Suami,Ingat bahwa
istri adalah sahabat terdekat, tidak saja di dunia melainkan sampai di surga.
Karena itulah dengarkanlah pintaku..:
Setiap kaum
wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini
diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Seperti dalam
firman Allah
“Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu,dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (An Nisa’1)
Dalam ayat ini
Allah dengan tegas menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk
bertakwa kepada Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya,Apa yang Allah
haramkan benar-benar dijauhi dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.
Wahai Suamiku
banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum lelaki atau para suami yang
menutup-nutupi kemaksiatan….Istri tidak dianggap penting..Dosa demi dosa
diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah. Ingat bahwa
setiap dosa pasti ada pertanggung jawaban’a, Jika tidak di dunia pasti di
akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para
suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda: “Pernikahan adalah separuh agama, maka
bertakwalah pada separuh yang tersisa.”
Wahai Suamiku,wanita diciptakan dari tulang rusuk
yang bengkok, tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki,sabda Nabi saw, jika
wanita dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulang rusuk itu akan patah dan
patahnya berarti talaknya….kaum wanita mempunyai sifat ingin selalui
dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah memerintahkan
para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf (dan hadapilah
para istri itu dengan perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini
menggambarkan bahwa sikap seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar,
melainkan yang lembut dan melindungi istri…Banyak para suami yang menganggap
istri sebagai sapi perahan…Ia siksa dan disakiti tanpa sedikitpun kenal belas kasihan…
jangan karena badanmu lebih kuat lalu kau gunakan kekuatanmu untuk memukul
istri,Ingat bahwa istri juga manusia ciptaan Allah yang harus kau jaga dan
sayangi... Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk neraka karena menyiksa
seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang merdeka.
Wahai Suamiku,aku tidak ingin jika dirimu menjadi
imam yang sombong ,aku takut dengan seorang pemimpin yang sombong yang akan
menjadikanku wanita yang takabur dan kufur akan nik’mat..sedangkan sombong adalah
sifat setan…. Allah melaknat Iblis adalah karena kesombongannya..:
Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin ..Tidak ada
seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak Allah
semata. (Al
Baqarah:34).
Allah berfirman
dalam: “Kesombongan adalah selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku
masukkan neraka.” Wanita adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat
bertentangan dengan kelembutan wanita. Karena itu para istri yang baik tidak
suka mempunyai suami sombong. (Qudsi)
Wahai Suamiku,dengan kesombonganmu maka dalam
keseharian akan terjadi diri bisa merasa segalanya dari suami…Sehingga ia tidak
mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa istri sama sekali…Bahkan ia tidak
mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat bahwa sang anak lahir karena jasa
kesebaran para istri. Sabar dalam mengandung selama sembilan bulan dan sabar
dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak para istri yang menderita
karena prilaku sombong dirimu wahai suamiku.
Wahai Suamiku,bisakah dirimu jujur tidak ada yang
ditutupi dari istrimu..??Nabi saw. teladan suami yang baik tidak ada dari
sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya…Nabi sangat terbuka kepada
istri-istrinya,bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi
melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain,bila nabi
ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang
lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri… Tidak
seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri
yang merasa dikesampingkan dengan bersikap jujur.
Wahai Suamiku banyak para suami menutup-nutupi
perbuatannya di luar rumah,Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya bila
ditanya selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan
lain sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya,atau ia tidak mau berterus
terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja
pengeluaran uangnya…Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum kami..banyak
para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup ini sehingga
membuat kami selalu bersu’udzon,bukankah dalam ikatan sebuah rumah tangga yang
“bayati janati” mengharapkan keberkahan…??
Wahai Suamiku,Setiap wanita sangat mendambakan
seorang suami yang mempunyai pendirian. Bukan suami yang plinplan dan bukan suami
yang dictator meski dalam fitrahnya istri harus manut kepadamu... Bersikaplah
bijak dan arif,tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam
mengambil keputusan….Tetapi di saat yang sama ia bermusyawarah, lalu menentukan
tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan…Inilah salah satu makna
qawwam dalam firman Allah: arrijaalu
qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).
Wahai Suamiku,tidak sedikit para istri tersiksa
karena sang suami suka berbohong… Tidak mau jujur atas perbuatannya… Ingatlah
sepandai-pandai tupai melompat pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah
sikap yang paling Allah benci,bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang
yang tidak beriman…Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: yakdzibul mukmin (apakah ada seorang mukmin
berdusta?) Nabi menjawab: Laa
(tidak). Ini menunjukkan bahwa berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan
dengan iman itu sendiri.
Wahai Suamiku,Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang
bubar karena kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh
uang dan kemewahan dunia…Melainkan lebih dari itu ia ingin dihargai…Kebohongan
telah menghancurkan harga diri seorang istri…Karena banyak para istri yang siap
dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para suami pembohong.
Wahai Suamiku,Para istri ingin suami yang tegar,
bukan suami yang cengeng… Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu
menangis itu benar,tapi ia menangis bukan karena cengeng melainkan karena
sentuhan ayat-ayat Al Qur’an…Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari
sikap cengeng. Abu Bakar sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya
ketika menghadapi para pembangkang (murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan
tidak sedikitpun gentar..!!Para istri mengharapkan suami yang gagah dalam arti
gagah yang tabah dalam menghadapi cobaan hidup.
Wahai Suamiku,Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta
perlindungan dari sikap pengecut (a’uudzubika
minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak menghalangi sumber-sumber
kebaikan. Banyak para istri yang tertahan keinginannya karena sikap pengecut
suaminya,Banyak para istri yang tersiksa karena suaminya tidak berani
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi…Nabi saw. terkenal pemberani. Setiap
ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling depan ketika terdengar suara yang
menakutkan di kota Madinah, Nabi saw adalah yang pertama kaluar dan mendatangi
suara tersebut.Itulah teladan yang rosul berkan buat dirimu wahai suamiku agar
dirimu juga bisa menjaga istri dan keluargamu…Para istri sangat tidak suka
suami pengecut..mereka suka pada suami yang pemberani….Sebab tantangan hidup
sangat menuntut dan pertimbangan yang matang.
Wahai Suamiku,Di antara doa Nabi saw. adalah minta
perlindingan kepada Allah dari sikap malas: allahumma inni a’uudzubika minal ‘ajizi wal kasal ,banyak
sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami…Malas sering
kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit…Cukupkanlah nafkah kepada
kami selama engkau mampu dan kami akan mensyukuri apa_apa yang telah engkau
usahakan buat kami.
Wahai Suamiku,Mendidik anak tidak saja tanggung jawab
seorang istri melainkan lebih dari itu tanggung jawab seorang suami…Perhatikan
surat Luqman, di sana kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada
anaknya. Ini menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup
sang anak. Nabi saw adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang
cucu Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada
anaknya. Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang
bermain-main di atas punggungnya.. dan teladan nabi bisa engkau jadikan teladan
dalam membingbing anak bahwa mengurus anak adalah bukan pekerjaan istri saja
tapi tanggung jawab kita bersama... "Bagaimana seseorang membantu
anaknya supaya ia berbakti?", Nabi berkata: "Janganlah ia dibebani
(hal) yang melebihi kemampuannya, memakinya, menakut-nakutinya, dan menghinanya".
Wahai Suamiku,Setiap manusia mempunyai perasaan ingin
dihargai pendapatnya,begitu juga seorang istri…Banyak para istri tersiksa
karena sikap suami yang selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin
Khaththab lebih bersikap diam ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh
yang patut ditiru. Umar beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan isi
hati yang dipendamnya kepada sang suami,Sebab hanya kepada suamilah ia
menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu seorang suami hendaklah
selalu lapang dadanya, Karena sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap
perhatian dengan penuh sikap dari seorang suami yang bijak.. Ada pepetah
mengatakan: jadilah air ketika salah satunya menjadi api.
Wahai Suamiku,Banyak para istri merasa kesepian
ketika sang suami pergi atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang
selalu memperhatikan anak dan istrinya.Ingatlah bahwa banyak masalah kecil
menjadi besar hanya karena misskomunikasi..Karena itu sering adanya komunikasi
adalah salah satunya menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.
Para istri
sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi. Nabi adalah contoh suami
yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya selalu suka dan bangga
dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat menyukai keindahan. Maka
kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami rapi istri bangga karena
orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri mengurusnya. Sebaliknya ketika
sang suami tidak rapi dan tidak harum, orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak
diurus oleh istrinya. Karena itu bagi para istri kerapian dan kaharuman adalah
cermin pribadi istri. Sungguh sangat tersinggung dan tersiksa seorang istri,
ketika melihat suaminya sembarangan dalam penampilannya dan menyebarkan bahu
yang tidak enak.
Wahai Suamiku,Aku bukan wanita yang sempurna maka tutuplah ketidak sempurnaanku dengan kesempurnaanmu,Aibku adalah Aibmu begitu juga Aibmu adalah Aibku,
“Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)
Jagalah namaku dan kekuranganku selama engkau masih bersamaku,
Rasulullah SAW bersabda, “Man satara musliman, satarahullâhu fid-dunyâ wal-âkhirah. (Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat).” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
“… mereka (istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun (suami) adalah pakaian bagi mereka.” (Qs. al-Baqarah [2]: 187)
“Sampaikan segala kebaikan dan sifat mulianya, dan tutup rapat-rapat segala aibnya.
”Rasulullah saw. bersabda, “Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan wanita, karena kamu mengambil mereka dengan amanat Allah dan kamu halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah; dan kewajiban kamu adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik.”
Wahai Suamiku jangan kau hinakan kami dengan Rusak nama dan kebaikanku,jangan kau jatuhkan semangatku dengan hinaan dirimu,jangan kau caci aku karena kesempurnaamu,jangan kau cemooh aku dengan amal-amalanku yang menjadi penuntunku kala aku khilaf,berikan aku kebebasan untuk berkreasi selama aku tak bermaksiat kepada Allah,engkau adalah pelindung sandaranku maka lindungilah aku dengan sandaran yang nyaman agar aku bisa merebahkan bebanku kala aku lelahku,Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya; dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.(Tirmidzi)
Wahai Suamiku,Aku bukan wanita yang sempurna maka tutuplah ketidak sempurnaanku dengan kesempurnaanmu,Aibku adalah Aibmu begitu juga Aibmu adalah Aibku,
“Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)
Jagalah namaku dan kekuranganku selama engkau masih bersamaku,
Rasulullah SAW bersabda, “Man satara musliman, satarahullâhu fid-dunyâ wal-âkhirah. (Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan akhirat).” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
“… mereka (istri) adalah pakaian bagimu, dan kamu pun (suami) adalah pakaian bagi mereka.” (Qs. al-Baqarah [2]: 187)
“Sampaikan segala kebaikan dan sifat mulianya, dan tutup rapat-rapat segala aibnya.
”Rasulullah saw. bersabda, “Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan wanita, karena kamu mengambil mereka dengan amanat Allah dan kamu halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah; dan kewajiban kamu adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik.”
Wahai Suamiku jangan kau hinakan kami dengan Rusak nama dan kebaikanku,jangan kau jatuhkan semangatku dengan hinaan dirimu,jangan kau caci aku karena kesempurnaamu,jangan kau cemooh aku dengan amal-amalanku yang menjadi penuntunku kala aku khilaf,berikan aku kebebasan untuk berkreasi selama aku tak bermaksiat kepada Allah,engkau adalah pelindung sandaranku maka lindungilah aku dengan sandaran yang nyaman agar aku bisa merebahkan bebanku kala aku lelahku,Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya; dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.(Tirmidzi)
subhanallah
ReplyDelete