Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Da'imah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta ditanya :
[1]. Pada beberapa hari belakangan ini, kami menyaksikan betapa
gencarnya liputan mass-media mass-media (cetak maupun elektronik) dalam
rangka menyambut datangnya tahun 2000M dan permulaan Milenium Ketiga
seputar kejadian-kejadian dan prosesi-prosesinya. Terlihat bahwa
orang-orang kafir dari kalangan yahudi dan nashrani serta selain mereka
begitu suka cita menggantungkan harapan-harapan dengan adanya hal itu.
Pertanyaannya, wahai Syaikh yang mulia. Sesungguhnya sebagian mereka
yang menisbatkan diri sebagai orang Islam telah juga menunjukkan
perhatiannya terhadap hal ini dan menganggapnya sebagai momentum bahagia
sehingga mengaitkan hal itu dengan pernikahan, pekerjaan mereka atau
memajang/menempelkan pengumuman tentang hal itu di altar-altar
perdagangan atau perusahaan mereka dan lain sebagainya yang menimbulkan
dampak negatif bagi seorang Muslim.
Dalam hal ini, apakah hukum mengangungkan momentum seperti itu dan
menyambutnya serta saling mengucapkan selamat karenanya, baik secara
lisan, melalui kartu khusus yang dicetak dan lain sebagainya, menurut
syari'at Islam ? Semoga Allah memberikan ganjaran pahala kepada anda
atas amal shalih terhadap Islam dan kaum Muslimin dengan sebaik-baik
ganjaran.
[2]. Dalam versi pertanyaan yang lain : Orang-orang yahudi dan nashrani
bersiap-siap untuk menyambut datang tahun baru 2000 Masehi berdasarkan
sejarah mereka dalam bentuk yang tidak lazim demi mempromosikan
program-program serta keyakinan-keyakinan mereka di seluruh dunia,
khususnya di negeri-negeri Islam.
Sebagian kaum Muslimin telah terpengaruh dengan promosi ini sehingga
mereka nampak mempersiapkan segala sesuatunya untuk hal itu, dan di
antara mereka ada yang mengumumkan potongan harga (diskon) atas barang
dagangannnya spesial buat momentum ini. Kiranya, dikhawatirkan kelak hal
ini berkembang menjadi aqidah kaum Muslimin di dalam ber-wala' (loyal)
terhadap orang-orang non Muslim.
Kami berharap mendapatkan penjelasan anda seputar hukum keikutsertaan
kaum Muslimin dalam momentum-momentum kaum kafir, mempromosikan hal itu
dan menyambutnya. Demikian juga hukum menon-aktifkan kegiatan kerja oleh
sebagian lembaga dari perusahaan berkenaan dengan hal itu.
Apakah melakukan sesuatu dari hal-hal tersebut dan semisalnya atau rela terhadapnya mempengaruhi aqidah seorang Muslim ?
Jawaban.
Sesungguhnya nikmat yang paling besar yang dianugrahkan oleh Allah
kepada para hambaNya adalah nikmat Islam dan hidayah kepada jalanNya
yang lurus. Di antara rahmatNya pula, Allah Ta'ala mewajibkan kepada
para hambaNya, kaum Mukminin, agar memohon hidayahNya di dalam
shalat-shalat mereka. Mereka memohon kepadaNya agar mendapatkan hidayah
ke jalan yang lurus dan mantap di atasnya. Dalam hal ini, Allah Ta'ala
telah memberikan spesifikasi jalan (shirath) ini sebagai jalan para
Nabi, Ash-Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shalih yang Dia anugrahkan
nikmatNya kepada mereka. Jadi, bukan jalan orang-orang yahudi, nashrani
dan seluruh orang-orang kafir dan musyrik yang menyimpang darinya.
Bila hal ini sudah diketahui, maka adalah wajib bagi seorang Muslim
untuk mengenal kadar nikmat Allah kepadanya sehingga dengan itu, dia mau
bersyukur kepadaNya melalui ucapan, perbuatan dan keyakinan. Dalam pada
itu, dia juga akan menjaga nikmat ini dan membentenginya serta
melakukan sebab-sebab yang dapat menjaga hilangnnya nikmat tersebut.
Bagi orang yang diberikan bashiroh (pemahaman mendalam) terhadap
Dienullah di saat kondisi dunia dewasa ini yang diselimuti oleh
pencampuradukan antara al-haq dan kebatilan pada kebanyakan orang, dia
akan mengetahui dengan jelas upaya keras yang dilakukan oleh musuh-musuh
Islam untuk menghapus kebenarannya dan memadamkan cahayanya, upaya
menjauhkan kaum Muslimin darinya serta memutuskan kontak mereka
dengannya melalui berbagai sarana yang memungkinkan. Belum lagi, upaya
memperburuk citra Islam dan melabelkan tuhudan dan kebohongan-kebohongan
terhadanya guna menghadang seluruh manusia dari jalan Allah dan dari
beriman kepada wahyu yang diturunkan kepada RasulNya, Muhammad bin
Abdullah. Pembenaran statement ini dibuktikan oleh firman-firman Allah
Ta'ala.
"Artinya : Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kami beriman, karena dengki
yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran" [Al-Baqarah : 109]
"Artinya : Segolongan dari ahli kitab ingin menyesatkan kamu, padahal
mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan
mereka tidak menyadarinya" [Ali-Imran : 69]
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang
yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada
kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi" [Ali-Imran : 149]
"Artinya : Katakanlah, Hai ahli kitab, mengapa kamu menghalang-halangi
dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya
menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan, "Allah sekali-kali tidak
lalai dari apa yang kamu kerjakan" [Ali Imran : 99]
Dan ayat-ayat lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, Allah Ta'ala telah
berjanji untuk mejaga dienNya dan kitabNya, dalam firmanNya.
"Artinya : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya" [Al-Hijr : 9]
Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa akan selalu
muncul suatu golongan dari umatnya yang berjalan di atas al-haq, tidak
membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka ataupun menentang
mereka hingga terjadi hari Kiamat. Segala puji bagi Allah pujian yang
banyak dan kita memohon kepadaNya Yang Maha Dekat dan Mengabulkan
Permohonan agar menjadikan kita dan saudara-saudara kita kaum Muslimin
termasuk dari golongan tersebut, sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha
Mulia.
Dengan ini, Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Ilmiah wal Ifta setelah
mendengar dan melihat adanya penyambutan yang demikian meriah dan
perhatian yang serius dan beberapa golongan orang-orang yahudi dan
nashrani serta orang-orang yang menisbatkan diri kepada Islam yang
terpengaruh oleh mereka berkenaan dengan telah berakhirnya momentum
tahun 2000 dan menyongsong Milenium Ketiga menurut Kalender Masehi, maka
suka tidak suka, Lajnah Daimah Lil Buhuts Ilmiah wal Ifta wajib
memberikan nasehat dan penjelasan kepada seluruh kaum Muslimin tentang
hakikat momentum ini serta hukum syariat yang suci ini terhadapnya
sehingga kaum Muslimin memahami dengan baik dien mereka dan
berhati-hati. Dengan demikian, tidak terjerumus ke dalam
kesesatan-kesesatan orang-orang yahudi yang dimurkai dan orang-orang
nashrani yang sesat.
Karenanya, kami menyatakan.
Pertama.
Sesungguhnya orang-orang yahudi dan nashrani menggantungkan
kejadian-kejadian, keluh-kesah dan harapan-harapan mereka kepada
momentum Milenium ini dengan begitu yakin akan terealisasinya hal itu
atau paling tidak, hampir demikian karena menurut anggapan mereka hal
ini sudah melalui proses kajian dan penelitian. Demikian pula, mereka
mengait-ngaitkan sebagian permasalahan aqidah mereka dengan momentum ini
dengan anggapan bahwa hal itu berasal dari ajaran kitab-kitab mereka
yang sudah dirubah. Jadi, adalah wajib bagi seorang Muslim untuk tidak
menoleh kepada hal itu dan tergoda olehnya bahkan semestinya merasa
cukup dengan Kitab Rabbnya Ta'ala dan Sunnah Nabinya Shallallahu 'alaihi
wa sallam dan tidak memerlukan lagi selain keduanya. Sedangkan
teori-teori dan pendapat-pendapat yang bertentangan dengan keduanya, ia
tidak lebih hanya sekedar berupa ilusi belaka.
Kedua.
Momentum ini dan semisalnya tidak luput dari pencampuradukan antara
al-haq dan kebatilan, propaganda kepada kekufuran, kesesatan,
permisivisme (serba boleh) dan atheisme serta pemunculan sesuatu yang
menurut syari'at adalah sesuatu yang mungkar. Di antara hal itu adalah
propaganda kepada penyatuan agama-agama (pluralisme), penyamaan Islam
dengan aliran-aliran dan sekte-sekte sesat lainnya, penyucian terhadap
salib dan penampakan syi'ar-syi'ar kekufuran yang dilakukan oleh
orang-orang nashrani dan yahudi serta perbuatan-pebuatan dan
ucapan-ucapan semisal itu yang mengandung beberapa hal ; bisa jadi,
pernyataan bahwa syari'at nashrani dan yahudi yang sudah diganti dan
dihapus tersebut dapat menyampaikan kepada Allah. Bisa jadi pula, berupa
anggapan baik terhadap sebagian dari ajaran kedua agama tersebut yang
bertentangan dengan dien al-Islam. Atau hal selain itu yang merupakan
bentuk kekufuran kepada Allah dan RasulNya, kepada Islam dan ijma' umat
ini. Belum lagi, hal itu adalah sebagai salah satu sarana westernisasi
kaum Muslimin dari ajaran-ajaran agama mereka.
Ketiga
Banyak sekali dalil-dalil dari Kitabullah, as-Sunnah dan atsar-atsar
yang shahih yang melarang untuk menyerupai orang-orang kafir di dalam
hal yang menjadi ciri dan kekhususan mereka. Di antara hal itu adalah
menyerupai mereka dalam perayaan hari-hari besar dan pesta-pesta mereka.
Hari besar ('Ied) maknanya (secara terminologis) adalah sebutan bagi
sesuatu, termasuk didalamnya setiap hari yang datang kembali dan
terulang, yang diagung-agungkan oleh orang-orang kafir. Atau sebutan
bagi tempat orang-orang kafir dalam menyelenggarakan perkumpulan
keagamaan. Jadi, setiap perbuatan yang mereka ada-adakan di
tempat-tempat atau waktu-waktu seperti ini maka itu termasuk hari besar
('Ied) mereka. Karenanya, larangannya bukan hanya terhadap hari-hari
besar yang khusus buat mereka saja, akan tetapi setiap waktu dan tempat
yang mereka agungkan yang sesungguhnya tidak ada landasannya di dalam
dien Islam, demikian pula, perbuatan-perbuatan yang mereka ada-adakan di
dalamnya juga termasuk ke dalam hal itu. Ditambah lagi dengan hari-hari
sebelum dan sesudahnya yang nilai religiusnya bagi mereka sama saja
sebagaimana yang disinggung oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Rahimahullah. Di antara ayat yang menyebutkan secara khusus larangan
menyerupai hari-hari besar mereka adalah firmanNya.
"Artinya : Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu" [Al-Furqan : 72]
Ayat ini berkaitan dengan salah satu sifat para hamba Allah yang
beriman. Sekelompok Salaf seperti Ibnu Sirin, Mujahid dan Ar-Rabi' bin
Anas menafsirkan kata "Az-Zuura" (di dalam ayat tersebut) sebagai
hari-hari besar orang kafir.
Dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu, dia
berkata, Saat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke
Madinah, mereka memiliki dua hari besar ('Ied) untuk bermain-main. Lalu
beliau bertanya, "Dua hari untuk apa ini ?". Mereka menjawab, "Dua hari
di mana kami sering bermain-main di masa Jahiliyyah". Lantas beliau
bersabda.
"Artinya : Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk
keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya : Iedul Adha dan Iedul
Fithri" [1]
Demikian pula terdapat hadits yang shahih dari Tsabit bin Adl-Dlahhak
Radhiyallahu 'anhu bahwasanya dia berkata, "Seorang laki-laki telah
bernadzar pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
menyembelih onta sebagai qurban di Buwanah. Lalu dia mendatangi
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sembari berkata.
"Artinya : Sesungguhnya aku telah bernadzar untuk menyembelih onta
sebagai qurban di Buwanah. Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
bertanya, 'Apakah di dalamnya terdapat salah satu dari berhala-berhala
Jahiliyyah yang disembah ? Mereka menjawab, 'Tidak'. Beliau bertanya
lagi. 'Apakah di dalamnya terdapat salah satu dari hari-hari besar
mereka ?'. Mereka menjawab, 'Tidak'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, 'Tepatilah nadzarmu karena tidak perlu menepati nadzar
di dalam berbuat maksiat kepada Allah dan di dalam hal yang tidak
dipunyai (tidak mampu dilakukan) oleh manusia" [2]
Umar bin Al-Khaththtab Radhiyallahu 'anhu berkata, "Janganlah kalian
mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka
pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun
atas mereka" [3]
Dia berkata lagi, "Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka" [4]
Dan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu, dia berkata,
"Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat
tahun baru dan festifal seperti mereka serta menyerupai mereka hingga
dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada
hari kiamat bersama mereka" [5]
Keempat.
Merayakan hari-hari besar orang-orang kafir juga dilarang karena alasan-alasan yang banyak sekali, di antaranya :
[a]. Menyerupai mereka dalam sebagian hari besar mereka mengandung
konsekwensi bergembira dan membuat mereka berlapang dada terhadap
kebatilan yang sedang mereka lakukan.
[b]. Menyerupai mereka dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang
bersifat lahiriah akan mengandung konsekwensi menyerupai mereka pula
dalam gerak-gerik dan bentuk pada hal-hal yang bersifat batiniah yang
berupa 'aqidah-aqidah batil melalui cara mencuri-curi dan bertahap lagi
tersembunyi.
Dampak negatif yang paling besar dari hal itu adalah menyerupai
orang-orang kafir secara lahiriah akan menimbulkan sejenis kecintaan dan
kesukaan serta loyalitas secara batin. Mencintai dan loyal terhadap
mereka menafikan keimanan sebagaimana firman Allah Ta'ala.
"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang yahudi dan nashrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu) ;
sebagaimana mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa
di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin ; maka sesungguhnya
orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zhalim" [Al-Maidah : 51]
Dan firmanNya.
"Artinya : Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari akhirat, saling berkasih saying dengan orang-orang yang
menentang Allah dan RasulNya" [Al-Mujadillah : 22]
Kelima.
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, maka tidak boleh
hukumnya seorang Muslim yang beriman kepada Allah sebagai Rabb dan Islam
sebagai agama serta Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, mengadakan
perayaan-perayaan hari-hari besar yang tidak ada landasannya dalam dien
Islam, termasuk diantaranya pesta 'Milenium' rekaan tersebut. Juga,
tidak boleh hadir pada acaranya, berpartisipasi dan membantu dalam
pelaksanaannya dalam bentuk apapun karena hal itu termasuk dosa dan
melampaui aturan-aturan Allah sedangkan Allah sendiri terlah berfirman,
"Dan janganlah bertolong-tolongan di atas berbuat dosa dan melampaui
batas, bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat pedih
siksaanNya" [Al-Maidah : 2]
Keenam.
Seorang Muslim tidak boleh saling tolong menolong dengan orang-orang
kafir dalam bentuk apapun dalam hari-hari besar mereka. Di antara hal
itu adalah mempromosikan dan mengumumkan hari-hari besar mereka,
termasuk pesta 'milenium' rekaan tersebut. Demikian pula, mengajak pada
hal itu dengan sarana apapun baik melalui mass media, memasang jam-jam
dan pamflet-pamflet bertuliskan angka, membuat pakaian-pakaian dan
plakat-plakat kenangan, mencetak kartu-kartu dan buku-buku tulis
sekolah, memberikan diskon khusus pada dagangan dan hadiah-hadiah uang
dalam rangka itu, kegiatan-kegiatan olah raga ataupun menyebarkan symbol
khusus untuk hal itu.
Ketujuh
Seorang Muslim tidak boleh menganggap hari-hari besar orang-orang kafir,
termasuk pesta Milenium rekaan tersebut sebagai momentum-momentum yang
membahagiakan atau waktu-waktu yang diberkahi sehingga karenanya
meliburkan pekerjaan, menjalin ikatan perkawinan, memulai aktifitas
bisnis, membuka proyek-proyek baru dan lain sebagainya. Tidak boleh dia
meyakini bahwa hari-hari seperti itu memiliki keistimewaan yang tidak
ada pada hari selainnya karena hari-hari tersebut sama saja dengan
hari-hari biasa lainnya, dan karena hal ini merupakan keyakinan yang
rusak yang tidak dapat merubah hakikat sesuatu bahkan keyakinan seperti
ini adalah dosa di atas dosa, kita memohon kepada Allah agar
diselamatkan di terbebas dari hal itu.
Kedelapan
Seorang Muslim tidak boleh mengucapkan selamat terhadap hari-hari besar
orang-orang kafir karena hal itu merupakan bentuk kerelaan terhadap
kebatilan yang tengah mereka lakukan dan membuat mereka bergembira,
karenanya Ibnu Al-Qayyim berkata " Adapun mengucapkan selamat terhadap
syi'ar-syi'ar keagamaan orang-orang kafir yang khusus bagi mereka, maka
haram hukumnya menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan
selamat dalam rangka hari-hari besar mereka dan puasa mereka, seperti
mengucapkan 'Semoga hari besar ini diberkahi' atau ucapan semisalnya
dalam rangka hari besar tersebut. Dalam hal ini, kalaupun pengucapnya
lolos dari kekufuran akan tetapi dia tidak akan lolos dari melakukan hal
yang diharamkan. Hal ini sama posisinya dengan bilamana dia mengucpkan
selamat karena dia (orang kafir) itu sujud terhadap salib. Bahkan, dosa
dan kemurkaan terhafap hal itu lebih besar dari sisi Allah ketimbang
mengucapkan selamat atas minum khamr, membunuh jiwa yang tidak berdosa,
berzina dan semisalnya. Banyak sekali orang yang tidak memiliki
sedikitpun kadar dien pada dirinya terjerumus ke dalam hal itu dan dia
tidak menyadari jeleknya perbuatannya. Maka, siapa saja yang mengucapkan
selamat kepada seorang hamba karena suatu maksiat, bid'ah atau
kekufuran yang dilakukannya, berarti dia telah mendapatkan kemurkaan dan
kemarahan Allah"
Kesembilan.
Adalah suatu kehormatan bagi kaum Muslimin untuk berkomitmen terhadap
sejarah hijrah Nabi mereka, Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang
disepakati pula orang para sahabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
secara ijma' dan mereka jadikan kalender tanpa perayaan apapun. Hal itu
kemudian diteruskan secara turun temurun oleh kaum Muslimin yang datang
setelah mereka, sejak 14 abad yang lalu hingga saat ini. Karenaya
seorang Muslim tidak boleh mengalihkan penggunaan kalender Hijriah
kepada kelender umat-umat selainnya, seperti kalender Masehi ini ;
karena termasuk perbuatan menggantikan yang lebih baik dengan yang lebih
jelek. Dari itu kami wasiatkan kepada seluruh saudara-saudara kami,
kaum Muslimin, agar bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-sebenar takwa,
berbuat ta'at dan menjauhi kemaksiatan terhadapNya serta saling
berwasiat dengan hal itu dan sabar atasnya.
Hendaknya setiap Mukmin yang menjadi penasehat bagi dirinya dan antusias
terhadap keselamatannya dari murka Allah dan laknatNya di dunia dan
Akhirat berusaha keras di dalam merealisasikan ilmu dan iman, menjadikan
Allah semata sebagai Pemberi petunjuk, Penolong, Hakim dan Pelindung,
karena sesungguhnya Dia-lah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong. Cukuplah Rabbmu sebagai Pemberi Petunjuk dan Penolong serta
berdo'alah selalu dengan do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berikut
ini.
"Artinya : Ya, Allah, Rabb Jibril, Mikail, Israfil. Pencipta lelangit
dan bumi. Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib dan nyata. Engkau
memutuskan hal yang diperselisihkan di antara para hambaMu, berilah
petunjuk kepadaku terhadap kebenaran yang diperselisihkan dengan
idzinMu, sesungguhnya Engkau menunjuki orang yang Engkau kehendaki ke
jalan yang lurus" [6]
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.
Wa Shallallahu 'ala Nabiyyina Muhammad Wa Alihi Wa Shahbihi
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1]. Dikelaurkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya. Sunan Abu Daud, kitab Ash-Shalah, Sunan An-Nasa'i, Kitab
Shalah Al-Iedain, No. 1556 dengan sanad yang shahih.
[2]. Dikeluarkan oleh Abu Daud, Kitab Al-Aiman Wa An-Nadzar denan sanad shahih.
[3]. Dikeluarkan oleh Imam Al-Baihaqy
[4]. Ibid
[5]. 'Aun Al-Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarh hadits
[6]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam shahihnya, Kitab Shalah Al-Musafirin