Diantara sekian banyak do'a-do'a yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan kepada umatnya adalah do'a dibawah ini :
"Allahumma ahyinii miskiinan, wa amitnii miskiinan, wahsyurnii fii jumratil masaakiin".
"Artinya : Ya Allah ! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan
matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari
kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin".
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain-lain.
Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini derajatnya : hasan. [Lihat
pembahasannya di kitab beliau : Irwaul Ghalil dan Silsilah
Shahihah .
Setelah kita mengetahui bahwa hadits ini sah datangnya dari Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sekarang perlu kita mengetahui apa
maksud sebutan miskin dalam lafadz do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam di atas. Yang sangat saya sesalkan diantara saudara-saudara kita
(tanpa memeriksa lagi keterangan Ulama-ulama kita tentang syarah hadits
ini khususnya tentang gharibul hadits) telah memahami bahwa miskin di
sini dalam arti yang biasa kita kenal yaitu : Orang-orang yang tidak
berkecukupan di dalam hidupnya atau orang-orang yang kekurangan harta.
Dengan arti yang demikian maka timbulah kesalah pahaman di kalangan umat
terhadap do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas, akibatnya :
[1]. Do'a ini tidak ada seorang muslimin pun yang berani mengamalkannya,
atau paling tidak sangat jarang sekali, lantaran menurut tabi'atnya
manusia itu tidak mau dengan sengaja menjadi miskin.
[2]. Akan timbul pertanyaan : Mengapa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menyuruh umatnya menjadi miskin ? Bukankah di dalam Islam ada
hukum zakat yang justru salah satu faedahnya ialah untuk memerangi
kemiskinan ? Dapatkah hukum zakat itu terlaksana kalau kita semua
menjadi miskin ? Dapatkah kita berjuang dengan harta-harta kita
sebagaimana yang Allah Subhanahu wa ta'ala perintahkan kalau kita hidup
dalam kemiskinan ?.
Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dari berburuk sangka kepada Nabi-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.
[3]. Ada jalan bagi musuh-musuh Islam untuk mengatakan : “Bahwa Islam adalah musuh kekayaan !?”
Padahal yang betul maksud miskin di dalam do'a Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam ini ialah : "Orang yang khusyu dan mutawaadli (orang yang
tunduk dan merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta'ala)".
Sebagaimana hal ini telah diterangkan oleh Ulama-ulama kita :
[1]. Imam Ibnul Atsir di kitabnya An-Nihaayah fi Gharibil Hadits mengatakan :
"Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin ..... Yang dikehendaki
dengannya (dengan miskin tersebut) ialah : tawadlu' dan khusyu', dan
supaya tidak menjadi orang-orang yang sombong dan takabur".
[2]. Di kitab kamus Lisanul Arab oleh Ibnu Mandzur diterangkan,
asal arti miskin di dalam lughah/bahasa ialah = al-khaadi' (orang yang
tunduk), dan asal arti faqir ialah : Orang yang butuh. Lantaran itu Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a : Ya Allah, hidupkanlah aku dalam
keadaan miskin .....
Yang dikehendaki ialah : tawadlu' dan khusyu'. dan supaya tidak menjadi
orang-orang yang sombong dan takabur. Artinya : Aku merendahkan diriku
kepada Mu wahai Rabb dalam keadaan berhina diri, tidak dengan sombong.
Dan bukanlah yang dikehendaki dengan miskin di sini adalah faqir yang butuh (harta).
[3]. Imam Baihaqi mengatakan :"Menurutku bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam tidaklah meminta keadaan miskin yang maknanya kekurangan
tetapi beliau meminta miskin yang maknanya tunduk dan merendahkan diri
(khusyu' dan tawadlu'). [Lihat kitab : Sunatul Kubra al-Baihaqi
dan Taklhisul-Habir oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar]
[4]. Demikian juga maknanya telah diterangkan oleh al-Imam Ghazali di
kitabnya yang mashur Al-Ihya' . [Baca juga syarah Ihya'
oleh Imam Az-Zubaidy]
[5]. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan :"Hidupkanlah aku" dalam
keadaan khusyu' dan tawadlu'. [Majmu' Fatawa Ibnu Taimiyah bagian
kitab hadits]
Beliau juga mengatakan : ".... bukanlah yang dikehendaki dengan miskin (di hadits ini) tidak mempunyai harta ..."
[6]. Imam Qutaibi juga mengatakan khusyu' dan tawadlu' [Ta'liq Sunan Ibnu Majah oleh Ustadz Muhammad Fuad Abdul Baqi]
Kemudian periksalah kitab-kitab dibawah ini :
[7]. Tuhfatul Ahwadzi Syarah Tirmidzi oleh Imam Al-Mubaarakfuri.
[8]. Faidhul Qadir Syarah Jami'us Shaghir oleh Imam Manawi.
[9]. Al-Majmu' Syarah Muhadzdzab oleh Imam Nawawi.
[10]. Shahih Jami'us Shaghir oleh Al-Albani.
[11]. Maqaashidul Hasanahs oleh Imam As-Sakhawi.
Setelah kita mengetahui keterangan ulama-ulama kita tentang maksud
miskin dalam do'a Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam di atas baik secara
lughah/bahasa meupun maknanya, maka hadits tersebut artinya menjadi :
"Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan
matikanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadlu', dan kumpulkanlah aku
(pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu' dan
tawadlu".
Rasanya kurang lengkap kalau di dalam risalah ini (sebagai penguat
keterangan di atas) saya tidak menerangkan dua masalah yang perlu
diketahui oleh saudara-saudara kaum muslimin.
Pertama : Bahwa Islam adalah agama yang memerangi atau memberantas
kefakiran dan kemsikinan di kalangan masyarakat. Hal ini dengan jelas
dapat kita ketahui.
[1]. Di dalam Islam tedapat hukum zakat (satu pengaturan ekonomi yang
tidak terdapat pada agama-agama yang lain kecuali Islam). Sedangkan yang
berhak menerima bagian zakat di antaranya orang-orang yang fakir dan
miskin (At-Taubah : 60). Kalau saja zakat ini dijalankan sesuai dengan
apa yang Allah Subhanahu wa ta'ala perintahkan dan menurut sunnah Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, niscaya tidak sedikit mereka yang tadinya
hidup dalam kemiskinan -setelah menerima bagian zakatnya- akan berubah
kehidupannya bahkan tidak mustahil kalau di kemudian hari merekalah yang
akan mengeluarkan zakat. Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman :
"Artinya : Agar supaya harta itu tidak beredar di antara orang-orang yang kaya saja dari kamu". [Al-Hasyr : 7]
[2]. Islam memerintahkan memperhatikan keluarga (ahli waris) yang akan
ditinggalkan, supaya mereka jangan sampai hidup melarat yang menadahkan
tangan kepada manusia. Kita perhatikan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam:
"Artinya : Sesungguhnya engkau tinggalkan ahli warismu dalam keadaan
kaya (cukup) lebih baik dari pada engkau tinggalkan mereka hidup
melarat/miskin yang menadahkan tangan-tangan mereka kepada manusia
(meminta-minta)". [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim dan
lain-lain]
[3]. Bahkan Islam mencela kalau ada seorang mukmin yang hidup dalam
keadaan cukup sedangkan tetangganya kelaparan dan dia tidak membantunya,
sebagaimana sabda Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Bukanlah orang yang mukmin itu yang (hidup) kenyang,
sedangkan tetangganya (hidup) lapar di sebelahnya". [Hadits Shahih
Riwayat Bukhari di kitabnya Adabul Mufrad, dan lain-lain]
Maksudnya : Tidaklah sempurna keimanan sorang muslim itu apabila ia
makan dengan kenyang sedangkan tetangganya di sebelahnya kelaparan
(kalau hal ini ia ketahui dan ia tidak membantunya dengan memberi makan
kepada tetangganya).
[4]. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memohon perlindungan kepada
Allah Subhanahu wa ta'ala dari hidup dalam kefakiran dan kelaparan.
"Artinya : Dari Aisyah (ia berkata) : Bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam biasa berdo'a dengan do'a-doa ini : Allahumma dan
seterusnya..(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu
dari fitnah neraka dan azab neraka, dan dari fitnah kubur dan azab
kubur, dan dari kejahatan fitnah (cobaan) kekayaan, dan dari kejahatan
fitnah (cobaan) kefakiran ...." [Shahih Riwayat Bukhari .
Muslim dan ini lafadznya), Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Hakim dan Baihaqi.
Kemudian Hadits Abi Hurairah :
"Artinya : Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a :
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
kefakiran, dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kekurangan dan
kehinaan, dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari menganiaya atau
dianiaya". [Shahih Riwayat Abu Dawud, Ahmad.
Nasa'i, Ibnu Hibban. Baihaqi.
"Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a : Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kelaparan,
karena sesungguhnya keleparan itu seburuk-buruk teman berbaring, dan aku
memohon perlindungan kepada-Mu dari khianat, karena sesungguhnya
khianat itu seburuk-buruk teman". [Shahih Riwayat Abu Dawud.
Nasa'i dan Ibnu Majah.
Hadits Abi Bakrah Nufai' bin Haarits : Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan do'a ini di akhir salat:
"Artinya : Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu
dari kekafiran dan kefakiran dan azab kubur". [Hadits Shahih atas syarat
Muslim di keluarkan oleh Imam Ahmad bin Hambal dan dan
Nasa'i]
Hadits Anas bin Malik : Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengucapkan dalam do'anya :
"Artinya : ....Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
kefakiran/miskin dan kekafiran ......". [Hadits Shahih atas syarat
Bukhari, dikeluarkan oleh Imam Hakim. dan Imam Ibnu Hibban
Kedua : Islam tidak menjadi musuh kekayaan asalkan si kaya seorang yang taqwa.
Bahkan dengan kekayaan itu seorang dapat memperoleh ganjaran yang besar
dan derajat yang tinggi seperti berjihad dengan harta sebagaimana yang
Allah perintahkan, menunaikan zakat harta, infaq dan shadaqah, ibadah
haji, mendirikan masjid-masjid, pesantren dan sekolah-sekolah Islam,
membantu anak yatim dan perempuan-perempuan janda dan lain-lain yang
membutuhkan harta dan kekayaan.
Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam pernah mendo'akan Anas bin Malik :
"Artinya : Ya Allah ! Banyakkanlah hartanya dan anak-anaknya serta
berikanlah keberkahan apa yang Engkau telah berikan kepadanya". [Hadits
Riwayat Bukhari. dan lain-lain]
Hadits ini mengandung beberapa faedah.
[1]. Bahwa harta itu adalah salah satu nikmat Allah Subhanahu wa ta'ala.
[2]. Bahwa banyak harta itu tidak tercela atau mengurangi ibadahnya,
asalkan dia memang seorang yang taqwa. Bahkan hadits ini kita dapat
mengetahui bahwa banyak harta itu merupakan suatu kebaikan dan nikmat
dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Karena tidak mungkin Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam mendo'akan kecelakaan kepada salah seorang shahabat
dan pembantunya seperti Anas bin Malik kalau tidak menjadi kebaikan
baginya !.
[3]. Boleh mendo'akan seseorang supaya banyak hartanya dengan penuh keberkahan.
[4]. Dari hadits ini kita mengetahui bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menyukai mempunyai anak banyak.
[5]. Hadits ini menerangkan tentang keutamaan Anas bin Malik yang telah
terbukti dalam tarikh -berkat do'a Nabi- tidak seorangpun dari shahabat
Anshar yang paling banyak harta dan anak selain dari Anas bin Malik
Radhiyallahu 'anhu.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda kepada shahabatnya
Hakim bin Hizaam : "Wahai Hakim! Sesungguhnya harta ini indah (dan)
manis, maka barang siapa yang mengambilnya dengan jiwa yang baik,
niscaya mendapat keberkahan, dan barang siapa yang mengambilnya dengan
jiwa yang tamak, niscaya tidak mendapat keberkahan, dan ia seperti orang
yang makan tetapi tidak pernah kenyang, dan tangan yang diatas (yang
memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (yang meminta)". [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
NASIHAT PERNIKAHAN UNTUK SUAMI DAN ISTERI
Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban yang berat bagi seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang w...

-
Hadits ke-1 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjumpai Umar Ibnu Al-Khaththa...
-
“Dan tinggallah manusia2 yg buruk, yg seenaknya mlakukan persetubuhan spt khimar (kledai). Maka pd zaman mreka inilah kiamat akan datang.” ...
-
Qur'an dan Terjemah SURAT 41. AL FUSHSHILAT Terjemahan Text Qur'an Ayat Haa Miim. حم 1 Diturunkan dari Tuhan Y...
No comments:
Post a Comment