Searching

HATI SUMBERNYA PERGAULAN

Baik Buruk Peranan Hati
Dalam kehidupan, manusia tidak dapat lari dari pergaulan sekitar kita. Sumber utama yang menjadi kunci adalah hati yang menjadi peranan penting dalam jiwa dan kehidupan Muslim untuk menegak iman yang kuat serta jati diri yang berasaskan ketakwaan kepada Allah serta mengingati-Nya dengan berzikir dan bersolawat kepada Rasulullah sepanjang masa.

  
Firman Allah dalam surah al-Anfal 8, ayat 2 menyentuh kepentingan hati:

 “Sesunguhnya orang orang beriman itu apabila mereka menyebut Allah terasa gemetarlah hati-hati mereka.”
 

Iman menunjukkan keikhlasan hati yang sehat akan membuahkan keimanan yang kuat dan akan membawa kepada jiwa yang bersih serta fikiran yang tenang dan menampakkan keikhlasan dalam pergaulan.
 

Hati membayangkan keikhlasan iman seseorang berdasarkan apa yang diungkapkan oleh lidah atau gerak gerik dan tingkah laku dalam pergaulan harian, ini sudah dapat difahami bahwa itu adalah kehendak hati walaupun tidak sembarang penjelasan melalui percakapan.
 

Sekiranya hati selalu sehat pergaulan dan persahabatan senantiasa harmonis dan bahagia. Sebaliknya andai hati tidak sehat maka tidak ada tolak ansur dalam pergaulan. Setiap tindakan sudah nampak  tidak ikhlas dan boleh membawa kepada munafik disebabkan sering nya berbohong dan memutarbalikkan fakta untuk melindung diri dari kesalahan.
 

Begitulah peranan hati dalam menjalani kehidupan di dunia ini, tetapi setiap insan sering lupa bahwa segala tindakan di dunia ini adalah penentuan hidup yang akan sampai di antara dua persimpangan di hari pembalasan baik atau buruk, ke syurga atau neraka. Malangnya jalan yang dilalui dalam kehidupan setiap insan senantiasa melalaikan kecuali yang beriman. oleh sebab itu Rasulullah senantiasa memberi peringatan terhadap umatnya melalui sabda baginda:
 

‘Kasihilah olehmu terhadap saudaramu seperti mana kamu mengasihi dirimu sendiri.’

Baik Buruk Peranan Hati.
 

Hati merupakan sumber  yang sangat penting dan tersembunyi dalam diri setiap insan. la memainkan peranan yang sangat bermakna dalam kehidupan seharian. Rasulullah s.a.w. menyatakan soal hati seperti berikut:
 

‘Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahwa ia adalah hati’
 

Berdasarkan hadis di atas bahawa kebaikan manusia atau keburukannya datang dari hati, karena hati adalah pengarah bagi pancaindera yang lahir. Jika hatinya baik maka baiklah segala perbuatannya serta rasa senang ketika sahabat dan keluarga mendekatinya dalam pergaulan. Andai hatinya buruk dan busuk, maka segala perbuatannya akan jahat dan keji, senantiasa cenderung ke arah maksiat mengikut kehendak hati dan hawa nafsu, dan pemikirannya ketika itu pula akan kalah dan senantiasa ditepis. Oleh itu, hati adalah kepala  bagi seluruh anggota, manakala anggota-anggotanya yang lain adalah tentera. Anggota-anggota ini sering melakukan sesuatu mengikut kehendak hati. Andai baik hati maka baiklah dalam pergaulan. Andai sebaliknya, maka kawan dan sahabat seringi kali menjadi mangsa. Dalam masalah ini Allah s.w.t senantiasa mengingatkan kepada hamba Nya melalui firman Nya dalam al Quran, surah al Syu'ara' 26, ayat 88-89 yang berbunyi: 
 “Di hari yang tidak ada manfaat selama ada harta benda begitu juga anak-anak melainkan siapa yang menghadap Allah dengan hati yang suci murni (yaitu penuh keikhlasan) karena Allah semata-mata.”

 Hati yang dilihat di sisi Allah ialah hati yang suci bersih dari segala maksiat, syubhat, hasud dengki dan iri dari sesuatu yg makruh atau yang dibenci oleh Allah. Sebab itu Rasulullah s.a.w senantiasa berdoa kepada Allah dengan sabdanya:

 ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon darimu hati yang suci bersih’

Walaupun Rasulullah s.a.w seorang yang maksum, tetapi ia senantiasa berdoa agar hatinya suci bersih. Hal ini adalah bertujuan sebagai teladan bagi umatnya.

Dengan demikian hati yang suci bersih dari semua kejahatan itu ialah hati yang bersih dari segala penyakit yang dibenci oleh Allah seperti hasud, dengki, dendam, iri hati, cemburu di balik kebahagian orang lain atau merencanakan sesuatu yang tidak baik bertujuan menganiaya orang lain dan sebagainya.

Seandainya tidak ada perkara perkara tersebut di atas, sudah tentu hati itu akan senantiasa kasih kepada Allah dengan melakukan  perkara perkara yang diridhai oleh Allah dengan rasa ikhlas. Teman dan sahabat juga akan menyenanginya dalam pergaulan dan Allah senantiasa mengasihinya.

Situasi ini sangat dititik beratkan oleh syariat karena hati memainkan peranan penting ke arah teguhnya keimanan dan memantapkan keyakinan akidah seseorang yang beriman kepada Allah berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w yang berbunyi:

 ‘Tidak tetap iman seseorang hamba sehingga tetap pendirian nya.’

Bagi menentukan ketetapan iman atau sebaliknya dengan berdasarkan segala amalan anggota lahiriah yang berlandaskan niat hati karena kejujuran amalan itu tidak wujud melainkan terletak pada hati yang ikhlas.

Tetap Pendirian

    Istilah tetap pendirian boleh diartikan dengan jati diri dan dalam bahasa Arab disebut istiqaah qulub seperti mana tersebut dalam hadis di atas. Bagi seseorang yang tetap pendiriannya, ia tidak mudah dipengaruhi oleh pihak  yang tidak baik atau hasutan jahat yang akan membawa kemusnahan diri. Apabila disentuh soal keimanan pula, seseorang yang tetap pendirian itu disebut sebagai kuat iman atau warak, yaitu hatinya senantiasa merasa ingat dan patuh kepada larangan dan perintah Allah dan senantiasa melakukan sesuatu ke arah yang diredai oleh Allah sepanjang hayatnya secara baik dan sabar. Sebab itulah sekiranya Allah menginginkan hambanya baik, maka diperbaikilah isi hatinya dengan mengenali Allah dan sifatnya serta memahami segala ilmu agama dan hikmah keagungan ilmu itu sendiri. Manakala jiwanya merasa betapa nikmatnya memahami sesuatu bidang ilmu dengan mendalami dan baik dengan merasakan kemanisan ilmu seperti mana ia merasakan kemanisan iman. Pepatah Arab  menyatakan:

    ‘Kemanisan ilmu bila dikuasai oleh orang yang ada kemanisan iman bagaikan kemanisan tamar yang terhidang di hadapan orang yang sedang berbuka puasa.’

    Pepatah ini menggambarkan perwatakan orang yang beriman dan berilmu apabila disertai dengan kesabaran terasa senang dan tenang serta sejuk setiap mata yang memandang.

    Itulah peranan hati dalam kehidupan. Hati dapat memberikan kewibawaan seseorang melalui gerak gerik dan perilaku yang disenangi dalam pergaulan harian selama ada di tempat kerja seperti majikan dengan pekerjanya atau sebaliknya ataupun di mana saja atau dengan siapapun yang berdamping dengannya. siapapun juga yang ada kaitan dalam melaksanakan sesuatu pembicaraan akan menjadikan contoh sering kali tidak mudah gegabah  dalam memutuskan sesuatu keputusan. Inilah sikap orang yang tetap pendirian dengan arti kata jati diri yang berlandaskan iman, ilmu, dan akal yang mantap yang dapat merealisasikan keadaan pergaulan yang sempurna dan tenang. Sebaliknya orang yang mati hati itu tidak mau ambil pusing seperti  yang disyariatkan oleh Allah dan tidak mau memahami adab di dalam pergaulan atau hubungan sesama manusia sama ada soal memberi salam atau menerima salam orang lain tidak disampaikan kepada penerima. Begitu juga masalah izin untuk memasuki ke dalam rumah orang lain, jauh sekali hendak menghormati hak sesama manusia atau berterima kasih kepada orang yang memberi pertolongan kepadanya. Secara tidak langsung balasan buruk baik selepas mati tidak sekali-kali dihiraukan, jauh sekali hendak memikir kebesaran Allah dan keagungan maha pencipta. (Imam Falkhhruddin Al-Razi Al-Shafie 1990, 52-53)

    Sebab itu Allah menggambarkan kedudukan mereka dalam al Quran seperti binatang ternak dalam firman-Nya dalam surah al A'raf, ayat 179:

    “Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat dari itu.”

    Itulah gambaran orang yang mati hati tidak dapat memahami apa maksud segala kejadian Allah, maka ia tidak mampu menghasilkan segala kelebihan yang Allah anugerahkan kepadanya. Akhirnya mereka lengah dan tidak mengambil berat akan segala suruhan Allah. Hidup mereka dalam kejahilan yang mati dari kesadaran akidah yang menjadi asas kepada agama Islam, sedangkan ia mengaku dirinya adalah Islam. Golongan inilah yang digambarkan hidup mereka sebagai kuburan nyawa dan roh mereka sendiri seperti mana yang digambarkan oleh penyair di dalam syairnya dibawah ini.

    ‘Dalam kejahilan sebelum mati ia merupakan mati kepada si jahil dan jasad mereka sebelum berkubur telah terkubur. Roh mereka telah bersangkar dalam kekejian jasad yang jahil maka bagi mereka tiada harapan sebelum jasad mereka hancur mereka telah hancur.’

    Maksud jahil di sini ialah mati hati dan rohani, yaitu jahil untuk mengenali Allah dan segala ilmu yang disyariatkan kepada hambanya untuk mendalami dan beramal dengannya semasa roh dikandung jasad. Kerana ilmu itu dari Allah khusus untuk hamba Nya yang beriman dan ilmu Allah itu merupakan cahaya yang dapat menghidupkan hati dari segala kejahilan. Seandainya seseorang hamba itu menjauhkan diri dari ilmu Allah maka hatinya terus mati, ibarat tanah tanpa hujan tiada tumbuh tumbuhan yang menghiasi di permukaannya. (Ibnu Qaim Al-Juziah 691-751H. 273-276 ms.)

    Oleh sebab itulah Lukmanulhakim telah menasihati anaknya dengan katanya:

    ‘Wahai anakku, duduklah bersama  ulama dan berbincanglah bersama mereka dengan penuh dedikasi, maka sesungguhnya Allah akan menghidupkan segala isi hati hambanya dengan cahaya hikmah ilmu-Nya seperti mana menyuburkan bumi dengan tetesan hujan’.

    Demikian juga Muaz bin Jabal pernah menegaskan: "Tuntut olehmu akan ilmu sesungguhnya menuntut ilmu kerana Allah akan menjadikan kamu takut kepada-Nya. Menuntut ilmu adalah ibadat, mengingati ilmu merupakan tasbih, membincangnya pula adalah jihad dan sekiranya kamu ajar kepada orang yang tidak mengetahui adalah sedekah. Manakala menghabiskan masa dengan ahli ilmu merupakan pendekatan diri kepada Allah dan ilmulah yang memberi pengetahuan terhadap kamu soal halal haram, makruh atau syubhah yang akan terpelihara diri kamu dari api neraka".

    Oleh itu, senantiasalah mendekati dengan ilmu kerana ia menyegarkan hati dan rohani yang telah terkulai layu. Sekiranya kita patuhi segala kehendak ilmu pengetahuan yang kita ketahui ia akan menerangi jalan kebahagiaan dunia dan akhirat, kerana ilmu satu satunya yang dapat menjinakkan jiwa yang liar serta menghidupkan hati yang mati. Dengan demikian hati yang mati ini tiada yang dapat menghidupkannya melainkan ilmu dan iman serta keikhlasan beribadat kepada Allah saja. Yang dimaksud dengan menghidupkan hati dengan ilmu ialah dengan sentiasa berzikir, istighfar, selawat ke atas Rasulullah, memaafkan kesalahan orang lain, ikhlas, murah hati dan jauh daripada maksiat. Dengan demikian bolehlah dikatakan hati yang hidup.

    Kita boleh mengenali hati yang hidup ini karena ia mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu menunjukkan sikap rendah diri serta sifat-sifat seperti pemaaf, pemurah, tidak tinggi hati atau menunjuk nunjuk, tidak sombong dan tidak mengeluarkan kata-kata yang akan menyinggung perasaan orang lain. Di samping itu, apabila dilihat kepadanya, maka akan nampaklah ciri-ciri keimanan seperti khusyuk, lemah lembut, sabar mendengar dan menerima pendapat orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri serta bersimpati dengan orang yang kurang bernasib baik dan bersifat tolong menolong, dan bertimbang rasa. Inilah gambaran orang yang hatinya tidak mati.

    Manakala hati yang mati amat ditakuti oleh setiap insan yang beriman. Bagi orang yang beriman, mereka tidak takut mati apabila sampai ajalnya karena bekalan sudah sempurna, tetapi yang amat ditakuti ialah sekiranya mati hati. Ini kerana mati hati menjadikanjasad hidup dalam keadaan hina disebabkan nafsu tidak berpandukan akal. Ketika itu kedudukan jasad tidak berguna lagi sama ada di sisi Allah atau pada pandangan masyarakat. Oleh yang demikian, hati yang mati adalah pembunuh jiwa yang sehat, manakala jiwa yang sehat berpuncak dari hati yang hidup bernafaskan iman. sebab itu hati memainkan peranan yang sangat penting ke arah jiwa yang baik dan tenang serta sanggup memikul segala gambaran yang akan datang, ibarat bunga yang segar mengeluarkan keharuman yang menyegar setiap individu dan masyarakat yang mendampinginya. Sebaliknya hati yang mati tiada keharuman jiwa, ibarat bunga yang busuk sentiasa mengeluarkan bauan yang tidak menyenangkan orang lain. Dengan kata lain, orang yang mati hati tidak hertimbang rasa terhadap orang yang kurang bernasib baik. (Abi Hamid Muhammad M Gazali, 1989. 149)

Kewajiban Menjaga Hati Dan Cara Mengobatinya

    Menurut Imarn Al-Ghazali, kewajiban  manusia yang sehat ialah menjaga dan memperbaiki niat hatinya serta menjauhkan segala anggapan dan sangkaan buruk kepada saudaranya ketika bergaul sesama rakan. Kewajiban inilah yang dituntut oleh syariat kepada semua mukalaf supaya menjaga hati mereka untuk menjadi insan yang kamil dan sempurna dunia dan akhirat. Hati merupakan anggota yang paling berbahaya, dan sesiapa yang mempunyai hati yang sakit dan mati, maka ia akan memberi kesan yang sangat buruk terhadap permasalahan yang sukar untuk diperbaiki. Oleh yang demikian Imam Al-Ghazali menggariskan beberapa asas sebagai panduan menjaga dan mengubati hati.

    Asas pertama: Firman Allah dalam surah al-Ghafir, ayat 19 berbunyi:

    “Allah mengetahui segala pengkhianatan yang bermula dari mata dan apa yang tersembunyi di dada setiap hamba.”

    Dalil di atas dapat diartikan jika seseorang berhasrat atau terlintas di hatinya hendak menghasut, prasangka, atau melakukan niat jahat, maka ingatlah bahwa Allah amat mengetahui setiap rahsia yang terdetik di dada hambanya melalui dalil al-Quran yang terdapat dalam surah al Maidah, ayat 7:

    “Sesungguhnya Allah mengetahui akan segala isi hati yang bersembunyi di dada hambanya.”

    Berdasarkan ayat di atas, Allah memperkuatkan lagi keyakinan hamba-Nya dengan firman-Nya dalam surah al-Ahzab, ayat 51:

    “Dan Allah amat mengetahui setiap apa yang terkandung di dalam hati kamu.”

   Oleh sebab itu beberapa kali Allah menyebut dalam al Quran dengan kalimah “Amat mengetahui segala isi hati hamba-Nya” dengan tujuan supaya setiap hamba mengetahui segala ilmu Allah dan taat kepadaNya bagi mengingati dan berhati-hati supaya tidak dilakukan perbuatan yang dilarang secara sengaja atausebaliknya.

    Allah memberikan peringatan itu kerana manusia sering melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dengan mengikut hawa nafsu dan kehendak hati yang amat sukar untuk dihindarkan sedangkan Allah amat mengetahui zahir dan batin juga segala niat isi hati yang mengatur segala perilaku hambanya. Berdasarkan demikian Imam Al-Ghazali telah memberi satu pesan : "Lihat olehmu akan apa yang kamu mengetahui dari segala hatimu". Maksudnya renungkanlah segala apa yang mendatangkan kebaikan dari segala kerja hati yang terdiri dari keinginan hati, cita cita, hasrat dan tujuan. Sekiranya baik teruskanlah, andai sebaliknya hentikan dengan segera.

    Asas kedua: Sabda Rasulullah s.a.w.

    ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badan kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang berlandaskan keikhlasan hati.’

    Di sini menunjukkan ketetapan hati yang ikhlas merupakan tempat utama yang difokuskan olch Allah swt untuk diberi ganjaran. Tetapi alangkah aneh dan heran sekali manusia melakukan sesuatu sering kali terlupa kepada Allah tetapi yang diingat ialah untuk mendapat pujian dan sanjungan serta penghormatan sesama manusia. Inilah yang menjadi ukuran dalarn pengorbanan seharian tanpa keikhlasan yang sebenar. (Imam Abi Abdul Rahman Al-Sulma. 330 412H, ms 10)

    sumber  ketiga: Hati merupakan ketua kepada anggota manakala anggota anggota lain adalah ikutan kepada hati, jika elok isi hati maka tetaplah pendiriannya serta eloklah perilaku anggota anggota lain yang sernuanya mengikut kehendak hati. Berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w. di dalam hadis yang berbunyi:

    ‘Sesungguhnya di dalam jasad manusia didapati segumpal darah, apabila baik maka baiklah keseluruhan badannya, dan apabila buruk maka buruklah segala keperibadiannya, adakah tidak kamu tahu sesungguhnya itulah hati.’

    Berdasarkan ayat ayat di atas dan juga hadis menunjukkan hati merupakan anggota yang. paling berharga, tempatbersemayam segala kemuliaan seorang hamba, asas segala amalan lahir dan batin. Hati adalah ketua segala anggota yang merupakan panduan kepada rohani dan jiwa setiap insan. Demikianlah peranan hati sangat besar tanggunjawabnya ke arah mengendalikan nilaian diri, manakala kejahilan pula mematikan hati dan rohani sekalipun badannya hidup dan bergerak di muka burni. Jasadnya merupakan kubur bagi hati yang telah mati. Perkara sedemikian dapat dielakkan sekiranya kita belajar dan mengetahui akan segala ilmu Allah yang, disyariatkan kepada kita. Ilmu Allah ini dapat menjadi obat keimanan dan penawar. Untuk menghidupkan hati yang telah mati, kita hendaklah rnelakukan ibadah dan berahkhlak mulia sesama manusia.



Aku ingin Berjuang

Seorang pemuda belia dari kabilah Aslam sedang termenung sendirian agaknya dia sedang sibuk memikirkan sesuatu yang membebani hatinya. Pemuda itu bertubuh kuat, gagah, penuh gairah untuk menghadapi masa depan yang penuh berbagai tantangan. Badanya tegap dan kuat, sanggup untuk dihadapkan pada perjuangan seperti yang sedang dilakukan oleh yang lain, jihad fisabilillah

Adakah jalan yang lebih afdol dan lebih mulia dari jihad fisabilillah..? Rasa-rasanya tak ada. Sebab itulah satu-satunya jalan jika memang benar-benar telah menjadi tujuan dan niat suci untuk mencari restu dn ridho Allah SWT. "Demi Allah, inilah satu kesempatan yang sangat baik", kata hati pemuda itu. Yah,.....sebab disana, serombongan kaum muslimin sedang bersiap menuju juang jihad fisabilillah. Sebagian sudah berangkat, sebagian lagi baru datang, dan akan segera berangkat. Semuanya menampakan wajah yang senang, pasrah, dan tenang dengan satu iman yang mendalam. Wajah-wajah mereka membayangkan suatu keyakinan penuh, bahwa sebelum ajal berpantang mati. Maut akan menimpa diman pun kita berada. yakin bahwa umur itu satu. Kapan kan sampai batasnya, hanya Allah yang maha tahu. Bagaimana sebab dan kejadianya, takdir Allah lah yang menentukan.

Maut, adalah sesuatu yang tak dapat dihindari manusia. Dia pasti datang menjemput manusia. Entah disaat manusia sedang duduk, diam di rumah, atau mungkin berada dalam perlindungan benteng yang kokoh, mungkin pula sedang bersembunyi ditempat persembunyiannya, di gua yang gelap, di jalan raya yang ramai, ataukah di medan peperangan. Bahkan bukan mustahil maut akan menjemput kala manusia sedang tidur, di atas temapt tidurnya. Semua itu hanya Allah lah yang berkuasa, dan berkehendak atasnya.

Menunggu kedatangan maut memang masa-masa yang paling mendebarkan jiwa. Betapa tidak? Hanya sendirilah yang dapat dibawa menghadap penguasa yang Esa kelak. Medan juang fisabillah tersedia bagi mereka yang kuat. Penuh keberanian dan keikhlasan mencari ridho Allah semata. Mereka yang berjiwa suci ditengah-tengah tubuh yang perkasa. Angan-angan ikhlas yang disertai hati yang bersih. Memang, saat itu keberanian telah menjiwai setiap kalbu kaum muslimin. Panggilan dan dengungan untuk jihad fisabilillah merupakan angan-angan dan tujuan harapan mereka. Mereka yakin, dibalik hiruk-pikuknya peperangan Allah telah menjanjikan imbalan yang setimpal baginya. Selain dengan itu dia dapat membersihkan jiwanya dari berbagi noda. Baik itu berupa noda-noda aqidah, niat-niat jahat, berbagi dosa perbuatan ataupun kekotoran muamalah yang lain. Pengorbanan mereka yang mulia itu menunjukan kepribadian yang baik dan luhur. Semua sesuai dengan ajaran agama yang murni. Pantas menjadi contoh dan teladan, bahkan sebagai mercu suar yang menerangi dunia dan isi alam semesta.

Itulah renungan hati pemuda Aslam yang gagah itu. Sepenuh hati dia berkata seolah kepada diri sendiri. "Harus ! harus dan mesti aku berbut sesuatu. Jangan kemiskinan dan kefakiran ini menjadi hamabtan dan penghalang mencapai tujuanku."

Mantap, penuh keyakinan dan semangat yang tinggi pemuda tersebut ini menggabungkan diri dengan pasukan kaum muslimin. Usia pemuda itu memang masih belia, namun cara berfikir dan jiwanya cukup matang, kemauanya keras, ketangksan dan kelincahan menjadi jaminan kegesitanya di medan juang. Namun mengapa pemuda yang begitu bersemangat itu tak dapat ikut serta dalam barisan pejuan? Seababnya hanya satu. Dia tidak mempunyai bekal dan senjata apa-apa yang dapat dipakainya untuk berperang karena kemiskinan dan kefakiranya. Sebab pikirnya, tidak mungkin untuk terjuan ke medan perjuangan tanpa senjata apapun. Tanpa senjata dia tidak mampu melakukan apapun. Bahkan dia tidak akan berfungsi apa-apa. Mungkin untuk menyelamatkan diri saja, dia tidak mampu. Inilah yang menjadikan pemuda itu berfikir panjang lebar. Otaknya bekerja keras agar hasratnya yang besar berjuang dapat tercapai.

Setelah tidak juga dicapainya pemecahan, dia pergi menghadap Rasulullah SAW. Diceritakan semua keadaan dan penderitaan serta keinginannya yang besar. Dia memang miskin, fakir dan menderita, namun dia tidk mengharapkan apa-apa dari keikutsertaanya berjaung. Dikatakanya kepada Rasulullah SAW, bahwa dia tidak meminta berbagai pendekatan duniawi kepada Rasulullah; Dia hanya menginginkan bagaimana caranya agar dia dapat masuk barisan pejuang fisabilillah. Mendengar hal demikian, Rasulullah bertanya, setelah dengan cermat meneliti dan memandang pemuda tersebut: "Hai pemuda, sebenarnya apa yang engkau katakan itu dan apa pula yang engkau harapkan?".

"Saya ingin berjuang, ya Rasulullah!" jawab pemuda itu. "Lalu apa yang menghalangimu untuk melakukan itu", tanya Rasulullah SAW kemudian. "Saya tidk mempunyai perbekalan apa-apa untuk persiapan perjaungan itu ya Rasulullah", jawab pemuda tersebut terus terang. Alangkah tercengangnya Rasulullah mendengar jawaban itu. Cermat diawasinya wajah pemuda tersebut. Wajah yang berseri-seri, tanpa ragu dan penuh keberanian menghadap maut, sementara disana banyak kaum munafikin yang hatinya takut dan gentar apabila terdengar panggilan seruan untuk berjaung jihad fisabilillah.

Demi Allah! jauh benar perbedaan pemuda itu dengan para munafiqin di sana. Kaum munafiqin yang dihinggapi rasa rendah diri, selalu mementingkan diri-sendiri. Mereka tidak suka dan tidak mau memikul beban dan tanggung jawab demi kebenaran yang hakiki. Kaum yang tidak senang hidup dalam alam kedamaian dan ketentraman dlam ajaran agama yang benar. Mereka lebih suka berada dalam hidup dan suasana kegelapan dan kekalutan. Ibarat kuman-kuman kotor, yang hidupnya hanya untuk mengacau dan menghancurkan apa saja. Celakalah mereka yang besar dan tegap badan serta tubuhnya namun licik dan kerdil pikiran serta hatinya.

Kebanggaanlah bagimu yang tepat hai pemuda! semogalah Allah banyak menciptakan manusia-manusia sepertimu. Yang dapat menjadi generasi penerusmu. Yang akan menjunjung tinggi kemulyaan Islam, budi pekerti yang mulia menuju alam yang bahagia sejahtera lahir batin.

Benar, kaum muslimin sangat memrlukan jiwa yang demikian. Jiwa yang besar penuh keyakinan, dan juga keberanian yang mantap. Sepantasnya pemuda seperti dari kabilah Aslam itu mendapat segala keperluan serta keinginanya untuk melaksanakan hasrat cita-cita keinginan itu. Rasulullah SAW akhirnya berkata kepada pemuda Aslam tersebut: "Pergilah engkau kepada si Fulan! Dia yang sebenarnya sudah siap lengkap dengan perlatan berperang tapi tidak jadi berangkat karena sakit. Nah pergilah kepadanya dan mintalah perlengkapan yang ada padanya."

Pemuda itu pun bergegas menemui orang yang ditunjukan Rasulullah SAW tadi. Katanya kepada si Fulan: "Rasulullah SAW menyampaikan salam padamu juga pesan. Beliau berpesan agar perlengkapan perang yang engkau miliki yang tidak jadi engkau pakai pergi berperang agar diserahkan kepadaku." Orang yang tidak jadi berperang itu penuh hormat menjalankan perintah Rasulullah SAW sambil mengucapkan: "Selamat datang wahai utusan Rasulullah! Saya hormati dan taati segala perintah Rasulullah SAW."

Segera dia menyuruh istrinya untuk mengambil pakaian dan peralatan perang yang tidak jadi dipakainya. Diserahkan semua itu pada pemuda kabilah Aslam. Sambil mengucapkan terima kasih pemuda tersebut menerima perlengkapan itu. Sebelum dia berangkat dan meninggalkan rumah itu, pemuda tersebut sempat berucap: "Terima kasih sebesar-besarnya. Anda telah menghilangkan seluruh duka dan keputusasaanku. Bagimu pahala Allah yang besar tiada taranya. Terima kasih.........Terima kasih."

Pemuda suku Aslam itu kemudian keluar dengan riang. Wajahnya bersinar gembira. Dengan berlari-lari dia meningalkan rumah orang yang tidak jadi berperang itu. Di tengah jalan pemuda tersebut bertemu dengan salah satu temanya yang keheranan dan bengong. Tanyanya: "Hai, hendak kemana engkau?", "Aku akan menuju janntul firdaus yang selebar langit dan bumi", jawab pemuda itu dengan singkat dan tepat.



Delapan Dirham

Rasulullah pagi itu sibuk memperhatikan bajunya dengan cermat. baju satu-satunya dan itupun ternyata sudah usang. baju yang setia menutup aurat beliau. meringankan tubuh beliau dari terik matahari dan dinginnya udara. Baju yang tidak pernah beristirahat.

Tetapi beliau tak mempunyai uang sepeser pun. Dengan apa beliau harus membeli baju? Padahal baju yang ada sudah waktunya diganti. Rasulullah sebenarnya dapat saja menjadi kaya mendadak, bahkan terkaya di dunia ini. Tapi sayang, beliau tak mau mempergunakan kemudahan itu. Jika beliau mau, Allah dalam sekejap bisa mengubah gunung dan pasir menjadi butir-butir emas yang berharga. Beliau tak sudi berbuat demikian karena kasihnya kepada para fakir yang papa. Siapakah yang akan menjadi teladan jika bukan beliau..? Contoh untuk menahan derita, menahan lapar dan dahaga, menahan segala coba dan uji Allah dengan kesabaran. Selalu mensyukuri nikmat Allah berapa pun besarnya. Siapa lagi kalau bukan beliau yang menyertai umatnya dalam menjalani iradat yang telah ditentukan Allah. Yaitu kehidupan dalam jurang kedukaan dan kemiskinan. Siapa pula yang harus menghibur mereka agar selalu bersabar dan rela dengan yang ada selain beliau? Juga siapa pula yang harus menanamkan keyakinan akan pahala Allah kelak di akhirat jika bukan beliau?

Yah,...hanya beliaulah yang mampu menjalankan berbagai hal diatas. benar,...beliaulah satu-satunya manusia yang mendapatkan amanat dari Allah untuk semua umat manusia. Tugas yang lebih murni dan mulia daripada intan berlian serta butiran emas yang lain. Lebih halus dari sutera serta lebih indah dari segala keindahan yang dikenal manusia di dunia ini. lebih megah dari segala kedudukan dan derajad kehidupan manusia yang katanya sudah megah.

"Semua itu hanyalah merupakan kesenangan dunia sedang di sisi Allah yang paling baik dan sebaik-baik tempat kembali"

Perjuangan itu tidak mudah. bahkan sangat berat bagi beliau. Menegakkan yang hak hanya dapat dicapai dengan penuh keimanan dan kekuatan. sabar dalam menghadapi setiap malapetaka yang menimpa, bersyukur yang dilakukan dengan hati bersih. dalam keadaan bagaimanapun, baik dalam duka maupun suka, bersyukur dan keimanan harus selalu menyertai. Itulah pokok risalah yang dibawa Rasulullah saw.

Allah Maha Bijaksana, tidak akan membiarkan hamba-Nya terkasih kebingungan. Rasulullah diberinya rezeki sebanyak delapan dirham. Bergegas beliau melangkah ke pasar. Tentunya kita maklum. uang sekian itu dapat dibelikan apa. Apakah cukup untuk membeli makan, minum, serta pakaian penutup badan? Oleh sebab itu, bergembiralah hai para fakir dan miskin! Nabi kita, Muhammad saw telah memberikan contoh begitu jelas. Nabi yang kita cintai, hamba kesayangan Allah pergi ke pasar dengan uang sedikit seperti yang kita miliki. Tetapi nabi kita ini, hamba Allah yang di bumi bernama Ahmad, sedang dari langit bernama Muhammad dengan ridha pergi ke pasar berbekal uang delapan dirham untuk berbelanja. Manusia penuh nur dan inayah Allah yang dilahirkan di makkah. meskipun beliau miskin, beliau senang sekali hidup. beliau belum ingin mati meski kemiskinan menjerat setiap hari.

Di tengah perjalanan menuju pasar, beliau menemukan seorang wanita yang menangis. Ternyata wanita yang kehilangan uang. Segera beliau memberikan uangnya sebanyak dua dirham. Beliau berhenti sejenak untuk menenangkan wanita itu.

Rasulullah bergegas menuju ke pasar yang semakin ramai. Sepanjang lorong pasar banyak sekali masyarakat yang menegur beliau dengan hormat. Selalu menjawab dan memberikan salam yang mengingatkan akan kebesaran Allah semata. Beliau langsung menuju tempat di mana ada barang yang diperlukannya. Dibelinya sepasang baju dengan harga empat dirham. beliau segera pulang.

Di perjalanan beliau bertemu dengan seorang tua yang telanjang. Orang tersebut dengan iba memohon sepotong baju untuk dipakainya. Rasulullah yang memang pengasih itu tidak tahan melihat. Langsung diberikannya baju yang baru dibeli. Beliau kembali ke pasar utnuk membeli baju lagi seharga dua dirham. Tentu saja lebih kasar dan jelek kualitasnya daripada yang empat dirham. dengan gembira beliau pulang membawa bajunya.

Langkahnya dipercepat karena sengatan matahari yang semakin terik. Juga angin malam yang telah mulai berhembus pelan-pelan. Beliau tidak ingin kemalaman di jalan. Tak lama beliau melangkah ke luar pasar, ditemuinya lagi wanita yang menangis tadi. Wanita itu kelihatan bingung dan sangat gelisah. Rasulullah saw mendekat dan bertanya mengapa. Wanita itu ternyata ketakutan untuk pulang. Dia telah terlambat dari batas waktu, dan takut dimarahi majikannya jika pulang nanti. Rasulullah saw langsung menyatakan akan mengantarkannya.

Wanita itu berjalan yang diikuti Rasulullah saw dari belakang. Hatinya tenang karena Rasulullah saw pasti akan melindungi dirinya. Dia yakin majikannya akan memaafkan, karena kepulangan yang diantarkan oleh manusia paling mulia di dunia ini. Bahkan mungkin akan berterima kasih karena pulang membawa kebaikan bersama dengan kedatangan nabi dan rasul mereka. Mereka terus berjalan hingga sampai ke perkampungan kaum Anshari. Kebetulan saat itu yang ada hanyalah para isteri mereka.

"Assalamu'alaikum warahmatullah", sapa Rasulullah saw keras. Mereka semuanya diam tak menjawab. Padahal mereka mendengar. Hati mereka diliputi kebahagiaan karena kedatangan Nabi. Mereka menganggap salam Rasulullah saw sebagai berkah dan seperti lebaran saja. Mereka masih ingin mendengarnya lagi. Ketika tak terdengar jawaban, Rasulullah saw memberi salam lagi. Tetap tak terdengar jawaban. Rasulullah saw mengulang untuk yang ketiga kali dengan suara lantang, Assalamu'alaikum warahmatullah. Serentak mereka menjawab.

Rasulullah sangat heran dengan semua itu. Beliau menanyakan pada mereka apa sebabnya. Mereka mengatakan, " Tidak ya Rasulullah. Kami sudah mendengar sejak tadi. Kami memang sengaja, kami ingin mendapatkan salam lebih banyak". Rasulullah melanjutkan, "Pembantumu ini terlambat pulang dan tidak berani pulang sendirian. Sekiranya dia harus menerima hukuman, akulah yang akan menerimanya". Ucapan ini sangat mengejutkan mereka. Kasih sayang Nabi begitu murni, budi pekerti yang utama, yang indah tampak dihadapan mereka. Beliau menempuh perjalanan begitu panjang dan jauh hanya untuk mengantarkan seorang budak yang takut dimarahi majikannya. Lagipula hanya karena terlambat pulang. Bahkan memohonkan maaf baginya pula. Sehingga karena harunya, mereka berkata, "Kami memaafkan dan bahkan membebaskannya. Kedatangannya kemari bersama anda karena untuk mengharap ridha Allah semata". Budak itu tak terhingga rasa terima kasihnya. Bersyukur atas karunia Allah swt dan kebebasannya karena dari Rasulullah saw.

Rasulullah saw pulang dengan hati gembira. Telah bebas satu perbudakan dengan mengharap ridha Allah swt sepenuhnya. Beliau juga tak lupa mendoakan para wanita itu agar mendapatkan berkah dari Allah swt. Semoga semua harta dan turunan serta semoga selalu tetap dalam keadaan iman dan islam. Beliau sibuk memikirkan peristiwa sehari tadi. Hari yang penuh berkah dan karunia Allah swt semata. Akhirnya beliau berujar dengan, "Belum pernah kutemui berkah angka delapan sebagaimana hari ini. Delapan dirham yang mampu mengamankan seseorang dari ketakutan, dua orang yang membutuhkan serta memerdekakan seorang budak". Bagi seseorang muslim yang memberikan pakaian pada saudara sesama muslim, Allah akan memelihara selama pakaian itu masih melekat.

Sulaiman Menyembelih Kuda Karena Allah, Lalu Allah Menggantikanya Dengan (Anugerah) Angin Yang Tunduk Kepadanya.

"Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesunguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya). (Ingatlah) ketika dipertunjukan kepadanya kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat waktu berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan." "Bawalah semua kuda itu kembali kepadaku." Lau ia potong kaki dan leher kuda itu. (Shaad:30-33)

Allah menyebutkan, bahwa Dia menganugerahkan kepada Daud putera bernama Sulaiman a.s. Allah memuji Sulaiman bahwa dia banyak kembali kepada-nYa, lalu Allah menyebutkan perkaranya tentang kuda. Berikut ini kisahnya:

Sulaiman a.s. begitu cintanya kepada kuda untuk digunakan jihad di jalan Allah. Beliau memiliki kuda-kuda yang kuat, cepat dan bersayap. Kuda-kudanya berjumlah 20 ribu ekor. Ketika ia memeriksa dan mengatur kuda-kuda tersebut, ia ketinggalan shalat Ashar, karena lupa bukan disengaja. Saat ia mengetahui ketinggalan sholatnya karena kuda-kuda tersebut, ia pun bersumpah, "Tidak, demi Allah, janganlah kalian (kuda-kudaku) melalaikanku dari menyembah Tuhanku." Lau beliau menitahkan agar kuda-kuda itu disembelih. Maka beliau memukul leher-leher dan urat-urat nadi kuda-kuda tersebut dengan pedang. Ketika Allah mengetahui hamba-Nya, yang bernama Sulaiman menyembelih kuda-kuda tersebut karena Diri-Nya, karena takut dari siksa-Nya serta karena kecintaan dan pemuliaan kepada-Nya, karena dia sibuk dengan kuda-kuda tersebut sehingga habis waktu shalat. Sebab hal it, Allah lalu menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik dari kuda-kuda tersebut, yakni angin yang bisa berhembus dengan perintahnya, sehingga akan menjadi subur daerah yang dilewatinya, perjalannya sebulan dan kembalinya juga sebulan. Dan tentu, ini lebih cepat dan lebih baik daripada kuda. Karena itu, benarlah sabda Rasulullah saw, "Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena takut kepada Allah kecuali Allah akan memberimu (sesuatu) yang lebih baik daripadanya." (HR Ahmad dan Al-Baihaqi, hadits shahih)



Buah Mengembalikan Urusan Kepada Allah dan Bersabar

Dalam hidup ini setiap muslim kadang menghadapi ujian, cobaan dan bencana. Karena itu, ketika diuji, hendaknya ia bersabar dan mengharapkan pahala kepada Allah atas musibahnya. Jika demikian, tentu Allah tidak akan menyia-nyikan sesuatu pun untuknya, bahkan Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang hilang darinya.

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Salamah ra, bahwasanya ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah saw, 'Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu musibah, lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah, 'Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah ini, dan gantikanlah untukku sesuatu yang lebih baik darinya,' kecuali Allah akan memberinya ganti yang lebih baik.' Ummu Salamah berkata, 'Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku berkata, 'Siapakah orang Islam yang lebih baik dari Abu Salamah?, (penghuni) rumah yang pertama kali hijrah kepada Rasulullah saw? Lalu aku mengucapkan perkataan diatas, kemudian Allah menggantikan untukku Rasulullah saw sebagai suami'."

Wahai ummat Islam, ketahuilah! Sesungguhnya barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya. Siapa yang meninggalkan dari menampar pipi sendiri, mengoyak-ngoyak pakaian dan berteriak-teriak meratap serta kemungkaran yang sejenisnya, kemudian ia memohon pahala di sisi Allah atas musibahnya serta mengembalikan semuanya kepada Allah, niscaya Allah akan menggantikanya dan sungguh Allah adalah sebaik-baik Pemberi ganti.



Meninggalkan Maksiat Kemudian Meninggal Malam Harinya, Lalu Allah SWT Karuniakan Ampunan Untuknya

Dari Ibnu Umar r.a. berkata, "Rasulullah saw bersabda, 'Adalah Dzulkifli tidak pernah menahan diri dari perbuatan maksiat dan dosa. Suatu saat datanglah kepadanya seorang wanita, lalu Dzulkifli memberikan kepadanya uang sebesar enam puluh dinar dengan syarat dia boleh menggaulinya. Saat dia duduk seperti posisi seorang laki-laki di atas isterinya, si wanita tadi gemetar dan menangis? Apakah kau merasa aku memaksamu? Jawab si wanita, tidak. Akan tetapi perbuatan ini belum pernah aku lakukan, dan yang mendorongku melakukanya tak lain adalah tekanan ekonomi. Dzulkifli berkata, 'Kau akan melakukanya sementara sebelumnya tidak pernah? Sekarang pergilah engaku dan ambilah uang dinar itu untukmu.' Kemudian Dzulkifli bersumpah, 'Demi Allah, mulai sekarang Dzulkifli tidak akan pernah lagi bermaksiat kepada Allah selamanya!'. Malam harinya Dzulkifli meninggal dunia, dan pada pagi hari terdapat tulisan di pintu rumahnya; 'Sungguh Allah telah mengampuni Dzulkifli'."

NASIHAT PERNIKAHAN UNTUK SUAMI DAN ISTERI

Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban yang berat bagi seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang w...