Menikah, satu kata ini akan menjadi sesuatu yang sangat berarti bagi
pemuda ataupun pemudi yang sudah mencapai usia remaja. Remaja yang sudah
mulai memiliki rasa tertarik dengan lawan jenisnya, akan memperhatikan
pasangan yang diimpikan menjadi pasangan hidupnya. Sejenak waktu,
hatinya akan merenda mimpi, membayangkan masa depan yang indah
bersamanya.
Saudariku muslimah yang dirahmati Allah, tentu kita semua
menginginkan pasangan hidup yang dapat menjadi teman dalam suka dan
duka, bersama dengannya membangun rumah tangga yang bahagia, sampai
menapaki usia senja, bahkan menjadi pasangan di akhirat kelak. Tentu
kita tidak ingin bahtera tumah tangga yang sudah terlanjur kita arungi
bersama laki-laki yang menjadi pilihan kita kandas di tengah perjalanan,
karena tentu ini akan sangat menyakitkan, menimbulkan luka mendalam
yang mungkin sangat sulit disembuhkan, baik luka bagi kita maupun bagi
buah hati yang mungkin sudah ada. Lagipula, kita mengetahui bahwa Allah
Ta’ala, Robb sekaligus Illah kita satu-satunya sangat membenci
perceraian, meskipun hal itu diperbolehkan jika memang keduanya merasa
berat. “Mencegah lebih baik daripada mengobati.” Itulah slogan yang
biasa dipakai untuk masalah kesehatan. Dan untuk masalah kita ini, yang
tentunya jauh lebih urgen dari masalah kesehatan tentu lebih layak bagi
kita untuk memakai slogan ini, agar kita tidak menyesal di tengah jalan.
Saudariku muslimah, sekarang banyak kita jumpai fenomena yang sangat
memprihatinkan dan menyedihkan hati. Banyak dari saudari-saudari kita
yang terpesona dengan kehidupan dunia, sehingga timbul predikat ‘cewek
matre’, yaitu bagi mereka yang menyukai laki-laki karena uangnya. Ada
juga diantara saudari kita yang memilih laki-laki hanya karena fisiknya
saja. Ada juga diantara mereka yang menyukai laki-laki hanya karena
kepintarannya saja, padahal belum tentu kepintarannya itu akan
menyelamatkannya, mungkin justru wanita itu yang akan dibodohi.
Sebenarnya tidak mengapa kita menetapkan kriteria – kriteria tersebut
untuk calon pasangan kita, namun janganlah hal tersebut dijadikan
tujuan utama, karena kriteria-kriteria itu hanya terbatas pada hal yang
bersifat duniawi, sesuatu yang tidak kekal dan suatu saat akan
menghilang. Lalu bagaimana solusinya ? Saudariku, sebagai seorang
muslim, standar yang harus kita jadikan patokan adalah sesuatu yang
sesuai dengan ketentuan syariat. Karena hanya dengan itu kebahagian
hakiki akan tercapai, bukan hanya kebahagian dunia saja yang akan kita
dapatkan, tapi kebahagiaan akhirat yang kekal pun akan kita nikmati jika
kita mempunyai pasangan yang bisa diajak bekerjasama dalam ketaatan
kepada Allah.
Diantara kriteria-kriteria yang hendaknya kita utamakan antara lain:
1. Memilih calon suami yang mempunyai agama dan akhlak yang baik,
dengan hal tersebut ia diharapkan dapat melaksanakan kewajiban secara
sempurna dalam membimbing keluarga, menunaikan hak istri, mendidik anak,
serta memiliki tanggung jawab dalam menjaga kehormatan keluarga.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Jika datang
melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka
nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi
fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan bin ‘Ali, “Saya punya seorang
putri, siapakah kiranya yang patut jadi suaminya ?” Hasan bin ‘Ali
menjawab, “Seorang laki-laki yang bertaqwa kepada Allah, sebab jika ia
senang ia akan menghormatinya, dan jika ia sedang marah, ia tidak suka
zalim kepadanya.”
2. Memilih calon suami yang bukan dari golongan orang fasiq, yaitu
orang yang rusak agama dan akhlaknya, suka berbuat dosa, dan lain-lain.
“Siapa saja menikahkan wanita yang di bawah kekuasaanya dengan
laki-laki fasiq, berarti memutuskan tali keluarga.” (HR. Ibnu Hibban,
dalam Adh-Dhu’afa’ & Ibnu Adi),Ibnu Taimiyah berkata, “Laki-laki itu selalu berbuat dosa, tidak
patut dijadikan suami. Sebagaimana dikatakan oleh salah seorang salaf.”
(Majmu’ Fatawa)
3. Laki-laki yang bergaul dengan orang-orang sholeh.
4. Laki-laki yang rajin bekerja dan berusaha, optimis, serta tidak suka mengobral janji dan berandai-andai.
5. Laki-laki yang menghormati orang tua kita.
6. Laki-laki yang sehat jasmani dan rohani.
7. Mau berusaha untuk menjadi suami yang ideal, diantaranya:
Melapangkan nafkah istri dengan tidak bakhil dan tidak berlebih-lebihan;
memperlakukan istri dengan baik, mesra, dan lemah lembut; bersendau
gurau dengan istri tanpa berlebih-lebihan; memaafkan kekurangan istri
dan berterima kasih atas kelebihannya; meringankan pekerjaan istri dalam
tugas-tugas rumah tangga; tidak menyiarkan rahasia suami istri; memberi
peringatan dan bimbingan yang baik jika istri lalai dari kewajibannya;
memerintahkan istri memakai busana muslimah ketika keluar; menemani
istri bepergian; tidak membawa istri ke tempat-tempat maksiat; menjaga
istri dari segala hal yang dapat menimbulkan fitnah kepadanya;
memuliakan dan menghubungkan silaturahim kepada orang tua dan keluarga
istri; memanggil istri dengan panggilan kesukaannya; dan yang terpenting
bekerjasama dengan istri dalam taat kepada Allah Ta’ala.
Satu hal yang perlu kita ingat saudariku, bahwa di dunia ini tidak
ada yang sempurna. Jangan pernah membayangkan bahwa laki-laki yang
sholeh itu tidak punya cacat & kekurangan. Tapi, satu hal yang tidak
boleh kita tinggalkan adalah ikhtiar dengan mencari yang terbaik untuk
kita, serta bertawakal kepada Allah dengan diiringi do’a.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
NASIHAT PERNIKAHAN UNTUK SUAMI DAN ISTERI
Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban yang berat bagi seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang w...

-
Hadits ke-1 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjumpai Umar Ibnu Al-Khaththa...
-
“Dan tinggallah manusia2 yg buruk, yg seenaknya mlakukan persetubuhan spt khimar (kledai). Maka pd zaman mreka inilah kiamat akan datang.” ...
-
Qur'an dan Terjemah SURAT 41. AL FUSHSHILAT Terjemahan Text Qur'an Ayat Haa Miim. حم 1 Diturunkan dari Tuhan Y...
No comments:
Post a Comment