Kesucian
Kota Madinah
Anas r.a.
mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Madinah itu haram (tanah suci) dari ini
sampai ini, tidak boleh dipotong (ditebang) pohonnya, dan tidak boleh dilakukan
bid'ah di dalamnya. Barangsiapa yang membuat bid'ah (atau melindungi orang yang
berbuat bid'ah) di dalamnya, maka ia terkena laknat Allah, malaikat, dan manusia
seluruhnya."
Abu
Hurairah r.a. berkata, "Seandainya saya melihat biawak memakan rumput di
Madinah, niscaya saya tidak akan menghardiknya." Nabi saw. bersabda, "Apa yang
ada di antara dua batu hitam (tanda pembatas) Madinah itu diharamkan lewat
lisanku." (Dalam satu riwayat: "Apa yang ada di antara dua batu hitam Madinah
adalah haram.") Abu Hurairah berkata, "Nabi mendatangi bani Haritsah, lalu
beliau bersabda, "Saya kira kalian wahai bani Haritsah, telah keluar dari Tanah
Haram." Kemudian beliau berpaling dan bersabda, "Namun, kalian masih ada di
Tanah Haram."
Keutamaan Madinah dan Bahwa Madinah Itu Melenyapkan Manusia yang
Buruk-Buruk
Abu Hurairah
r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Saya diperintahkan pergi ke suatu desa yang
memakan desa-desa yang lain, mereka menyebutnya Yatsrib. Yaitu, Madinah, yang
meniadakan manusia (yang buruk) sebagaimana ubupan (embusan tukang besi)
meniadakan kotoran besi."
Madinah Itu Dapat Disebut Thabah
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits
Abu Humaid as-Sa'idi
Dua
Buah Batu Pembatas Kota Madinah
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Abu Hurairah
Orang
Yang Membenci Madinah
Abu Hurairah
r.a. berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Mereka meninggalkan Madinah
atas keadaannya yang terbaik. Ia tidak didatangi selain oleh pencari rezeki
(yang beliau maksudkan adalah binatang buas dan burung). Akhir orang yang
dikumpulkan adalah dua orang penggembala dari (kabilah) Muzainah, yang mau ke
Madinah. Keduanya berteriak memanggil-manggil kambingnya. Kemudian mereka
mendapatinya telah menjadi binatang liar. Sehingga, setelah keduanya sampai di
Tsaniyatul Wada', mereka tersungkur pada kedua wajahnya.'"
Sufyan bin
Abu Zuhair r.a. berkata, "Saya mendengar Rasulullah bersabda, 'Yaman itu akan
ditaklukkan. Maka, datanglah satu kaum yang menggiring binatangnya. Mereka
membawa keluarganya dan orang-orang yang menaatinya, sedang Madinah itu lebih
baik bagi mereka. Seandainya mereka mengetahui Syam itu akan ditaklukkan, maka
akan datang padanya suatu kaum dengan menggiring binatang ternaknya dan membawa
keluarganya dan orang-orang yang menaatinya. Padahal, Madinah itu lebih baik
bagi mereka, jika mereka mengetahuinya. Irak akan ditaklukkan, maka datanglah
suatu kaum yang menggiring binatangnya. Lalu, mereka membawa keluarganya dan
orang-orang yang menaatinya. Padahal, Madinah itu lebih baik bagi mereka, jika
mereka mengetahuinya."
Iman
Itu Akan Berhimpun ke Madinah
Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya iman itu berkumpul
ke Madinah sebagaimana ular berkumpul di lubangnya."
Dosa
Orang yang Bermaksud Berbuat Buruk terhadap Para Penghuni Kota
Madinah
Sa'ad r.a.
berkata, "Saya mendengar Nabi bersabda, 'Tidaklah seseorang membuat tipu daya
terhadap penghuni Madinah melainkan ia akan hancur sebagaimana hancurnya garam
dalam air.'"
Benteng-Benteng Kota Madinah
Usamah r.a.
berkata, "Nabi naik ke salah satu benteng Madinah lalu beliau bersabda, 'Apakah
kalian melihat apa yang aku lihat? (Mereka menjawab, 'Tidak.' Beliau bersabda) 'Sesungguhnya aku melihat tempat-tempat terjadinya fitnah di sela-sela
rumah-rumah kamu seperti tempat tempat jatuhnya tetesan air hujan.'"
Dajal
Tidak Bisa Memasuki Kota Madinah
Abu Bakrah
mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidaklah masuk kota Madinah ketakutan
terhadap Masih ad-Dajal, (dan) pada hari itu Madinah mempunyai tujuh buah
pintu gerbang, di atas setiap pintu ada dua malaikat."
Abu Hurairah
r.a. berkata, "Rasulullah bersabda, 'Pada pintu-pintu kota Madinah ada malaikat
yang menyebabkan tha'un 'wabah' dan Dajal tidak memasukinya.'"
Anas bin Malik
r.a. mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Tidak ada suatu negeri kecuali akan
dimasuki oleh Dajal selain kota Mekah dan Madinah yang setiap pintu gerbangnya
ada malaikat-malaikat yang berbaris menjaganya, (maka Dajal dan wabah tha'un
tidak akan dapat mendekatinya insya Allah), (dan dalam satu riwayat: Dajal
datang sehingga turun di sudut kota Madinah). Kemudian Madinah menggoncang
penghuninya tiga kali. Sehingga, Allah mengeluarkan seluruh orang kafir dan
munafik."
Abu Sa'id
al Khudri r.a. berkata, "Rasulullah menceritakan kepada kami sebuah cerita
panjang tentang Dajal. Beliau menceritakan Dajal itu kepada kami dengan
bersabda, 'Dajal itu akan datang dan ia diharamkan masuk pintu Madinah. Lalu, ia
singgah di sebagian kota Madinah yang gersang (dalam satu riwayat: di dekat
Madinah). Pada saat itu keluarlah seorang laki-laki yang merupakan sebaik-baik
manusia atau dari golongan manusia yang terbaik. Ia berkata, 'Saya bersaksi
bahwa kamu adalah Dajal yang Rasulullah telah menceritakan kepada kami tentang
kamu.' Lalu Dajal berkata, 'Bagaimana pendapatmu, jika aku matikan orang ini
kemudian aku hidupkan lagi, apakah kamu masih meragukan terhadap persoalan itu?'
Mereka menjawab, 'Tidak.' Kemudian ia menghidupkan lalu mematikannya. Ketika
menghidupkannya, ia berkata, 'Demi Allah, saya tidak pernah dapat melihat engkau
yang lebih jelas daripada yang aku lihat hari ini.' Lalu, Dajal berkata, 'Saya
bunuh dia.' (Dalam satu riwayat: Lalu Dajal hendak membunuhnya). Namun, ia tidak
diberi kekuasaan terhadapnya."
Madinah Itu Dapat Melenyapkan Apa-Apa yang Buruk
Zaid bin
Tsabit r.a. berkata, "Ketika Nabi pergi ke Uhud, sebagian orang dari sahabat
beliau kembali pulang (dan para sahabat Nabi pada waktu itu terbagi menjadi dua
kelompok). Lalu yang satu golongan berkata, 'Kita bunuh mereka.' Golongan
yang lain berkata, 'Tidak, jangan bunuh mereka!' Maka, turunlah ayat 88 surah
an-Nisaa', 'Maka, mengapa kamu terpecah menjadi dua golongan dalam menghadapi
orang-orang munafik, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran
disebabkan usaha mereka sendiri?' Nabi bersabda, 'Sesungguhnya kota Madinah itu
adalah (negeri yang bagus), ia mengeluarkan orang-orang (dalam satu
riwayat: dosa-dosa, dan dalam riwayat lain: kotoran yakni manusia-manusia
kotor),[1]
sebagaimana halnya api membersihkan karat besi (dalam satu riwayat: karat
perak)."
Ketidaksenangan Nabi Jika Madinah Dikosongkan
"Dalam bab ini Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anasmuka.
Raudhah
(Taman)
Abu Hurairah
r.a. mengatakan bahwa Nabi saw. bersabda, "Di antara rumahku[2] dengan mimbarku
terletak sebuah raudhah (taman) dari taman-taman surga. Mimbarku itu ada di atas
telagaku."
Aisyah
r.a. berkata, "Ketika Rasulullah tiba di Madinah, Abu Bakar dan Bilal jatuh
sakit. (Lalu saya menemui keduanya, saya berkata, 'Duhai Ayahanda, bagaimana
keadaanmu? Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?'). Abu Bakar apabila terserang
demam ia mengucapkan:
'Setiap orang
berpagi-pagi di kalangan keluarganya.
Sedang kematian
lebih dekat daripada sepasang sandalnya'
Dan Bilal, apabila
demamnya telah hilang, ia menarik suara dengan perkataannya:
'Ketauhilah,
merinding bulu romaku
Apakah nanti
malam aku masih bermalam
Di sebuah
lembah
Sedang di
sekitarku ada pohon idzkhir dan pohon jalil?
Apakah pada
suatu hari aku akan sampai ke perairan Majannah
Apakah akan tampak bagiku (bukit) Syamah dan Thafil?'Ia berkata, 'Ya Allah, laknatilah Syaibah bin Rabi'ah, Utbah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf sebagaimana mereka telah mengusir kami dari tanah kami ke tanah waba 'wabah'.' Lalu aku datang kepada Rasulullah menginformasikan hal itu. Beliau berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah seperti cinta kami terhadap Mekah atau bahkan melebihinya. Ya Allah, berkahilah di dalam (takaran) sha' kami dan mud kami, sehatkanlah Madinah kepada kami, dan pindahkanlah panasnya ke Juhfah.'" Aisyah berkata, "Kami datang ke Madinah yang waktu itu merupakan bumi Allah yang paling banyak wabahnya." Ia berkata, "Buth-han waktu itu mengalirkan air." Ia maksudkan air yang telah berubah warna dan baunya.
Apakah akan tampak bagiku (bukit) Syamah dan Thafil?'Ia berkata, 'Ya Allah, laknatilah Syaibah bin Rabi'ah, Utbah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf sebagaimana mereka telah mengusir kami dari tanah kami ke tanah waba 'wabah'.' Lalu aku datang kepada Rasulullah menginformasikan hal itu. Beliau berdoa, 'Ya Allah, jadikanlah kami cinta kepada Madinah seperti cinta kami terhadap Mekah atau bahkan melebihinya. Ya Allah, berkahilah di dalam (takaran) sha' kami dan mud kami, sehatkanlah Madinah kepada kami, dan pindahkanlah panasnya ke Juhfah.'" Aisyah berkata, "Kami datang ke Madinah yang waktu itu merupakan bumi Allah yang paling banyak wabahnya." Ia berkata, "Buth-han waktu itu mengalirkan air." Ia maksudkan air yang telah berubah warna dan baunya.
Umar r.a.
berdoa, "Ya Allah, karuniakanlah aku suatu anugerah, yaitu mati syahid di
jalan-Mu (yakni dalam membela agama Mu), dan jadikanlah kematianku di negeri
Rasul-Mu."
[1] Riwayat terakhir ini lebih akurat, sebagaimana
dikatakan oleh al-Hafizh.
[2] Demikian pula yang tercantum dalam hadits Abdullah
bin Zaid al-Mazini pada nomor 616 di muka, dan inilah yang mahfuzh (akurat).
Pada beberapa kitab hadits di luar Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan dengan
lafal qabrii 'kuburku ', dan riwayat ini tidak mahfuzh. Seakan-akan ini
merupakan periwayatan dengan makna. Karena, semasa hidup Rasulullah tidak ada
kubur di situ sehingga dapat dibatasi tempat itu dengan kubur
tersebut.
No comments:
Post a Comment