Sesuai dengan manhaj Ahlus Sunah wal Jama’ah adalah bahwa Allah Ta’ala
berada di langit, di Arasy, di atas seluruh makhluk-Nya dan ilmu-Nya
meliputi semua tempat sebagaimana yang di dukung oleh ayat-ayat
Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi dan ijma ulama Salaf. Di dalam Al-Qur’an,
Allah berfirman
“Artinya : Sesungguhnya Rabb, kamu ialah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa , lalu Dia bersemayam di atas Arsy”
[Al-A’raf : 54]
Hal ini ditegaskan oleh Allah dengan mengulang-ulangnya dalam enam ayat yang lain dalam kitab-Nya.
Makna istiwa menurut Ahlus Sunnah adalah tinggi dan naik di atas Arasy
sesuai dengan keagungan Allah Ta’ala, tidak ada yang mengetahui caranya
selan-Nya. Hal ini sebagaimana ucapan Imam Malik rahimahullah ketika
ditanya tentang hal ini.
“(Yang namanya) Istiwa itu sudah dimaklumi sedangkan caranya tidak
diketahui, beriman dengannya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah
bid’ah”.
Yang dimaksud oleh beliau adalah bertanya tentang bagaimana caranya.
Ucapan semakna berasal pula dari syaikh beliau, Rabi’ah bin Abdurrahman.
Demikian juga sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah
Radhiyallahu ‘anha. Ucapan semacam ini adalah pendapat seluruh Ahlus
Sunnah, para sahabat dan para tokoh ulama Islam setelah mereka.
Allah telah menginformasikan dalam ayat-ayat yang lain bahwa Dia berada
di langit dan di ketinggian, seperti dalam firman-firman-Nya.
“Artinya : Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar” [Ghafir : 12]
“Artinya : Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih di naikkan-Nya” [Fathir : 10]
“Artinya : Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” [Al-Baqarah : 255]
“Artinya : Apakah kamu merasa terhadap Allah yang di langit bahwa Dia
menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi
itu bergoncang atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di
langit bahwa Dia akan megirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu
akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku” [Al-Mulk :
16-17]
Allah telah menjelaskan secara gamblang dalam banyak ayat di dalam
kitab-Nya yang mulia bahwa Dia berada di langit, di ketinggian dan hal
ini selaras dengan inidikasi ayat-ayat seputar istiwa.
Dengan demikian, diketahui bahwa perkataan ahli bid’ah bahwa Allah
Ta’ala berada di setiap tempat (di mana-mana) tidak lain adalah
sebatil-batil perkataan. Ini pada hakikatnya adalah madzhab Al-Hulul
(semacam re-inkarnasi,-penj) yang diada-adakan dan sesat bahkan
merupakan kekufuran dan pendustaan terhadap Allah Ta’ala serta
pendustaan terhadap Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana
secara shahih bersumber dari beliau menyatakan bahwa Rabb-nya berada di
langit, seperti sabda beliau.
“Artinya : Tidakkah kalian percaya kepadaku padahal aku ini adalah amin (orang kepercayaan) Dzat Yang berada di langit?” [1]
Demikian pula yang terdapat di dalam hadits-hadits tentang Isra dan Mi’raj serta selainnya.
HUKUM ORANG YANG MENGATAKAN : SESUNGGUHNYA ALLAH BERADA DI SETIAP TEMPAT (DI MANA-MANA)
Pertanyaan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Tentang ucapan
sebagian orang bila dtanya, Di mana Allah? Lalu mereka menjawab : Allah
berada di setiap tempat ( di mana-mana) atau –hanya menyebutkan- Allah
itu ada. Apakah jawaban seperti ini dinyatakan benar secara mutlaq
(tanpa embel-embel)?
Jawaban
Jawaban semacam itu adalah jawaban yang batil baik secara mutlaq ataupun
dengan embel-embel. Bila anda ditanya, Di mana Allah?, maka jawablah :
Allah berada di langit, sebagaimana jawaban yang diberikan oleh seorang
wanita ketika ditanya oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti
itu, lantas dia menjawab, Dia berada di langit.
Sedangkan orang yang hanya mengatakan, Allah itu ada, ini jawaban menghindar dan mengelak (berkelit lidah) semata.
Adapun terhadap orang yang mengatakan, Sesungguhnya Allah berada di
setiap tempat (di mana-mana), bila yang di maksud dzat-Nya, maka ini
adalah kekufuran sebab merupakan bentuk pendustaan terhadap nash-nash
yang menekankan hal itu. Justru dalil-dalil sam’iy (Al-Qur’an dan
hadits), logika serta fitrah menyatakan bahwa Allah Maha Tinggi di atas
segala sesuatu dan di atas lelangit, beristiwa di atas Arasy-Nya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[1]. Shahih Al-Bukhari, kitab Al-Maghazy, Shahih Muslim, kitab Az-Zakah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
NASIHAT PERNIKAHAN UNTUK SUAMI DAN ISTERI
Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban yang berat bagi seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang w...

-
Hadits ke-1 Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menjumpai Umar Ibnu Al-Khaththa...
-
“Dan tinggallah manusia2 yg buruk, yg seenaknya mlakukan persetubuhan spt khimar (kledai). Maka pd zaman mreka inilah kiamat akan datang.” ...
-
Qur'an dan Terjemah SURAT 41. AL FUSHSHILAT Terjemahan Text Qur'an Ayat Haa Miim. حم 1 Diturunkan dari Tuhan Y...
No comments:
Post a Comment